JAKARTA - PDI Perjuangan dan Partai Amanat Nasional (PAN) membicarakan soal Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Hal ini dilakukan saat sekretaris jenderal masing-masing partai tersebut jadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Nasional Pemuda Muhammadiyah di Jakarta, Minggu, 2 Mei.
Dalam kesempatan itu, Hasto awalnya menyinggung jika gotong royong para pendiri bangsa sudah terjadi sejak dulu. Sehingga, tak ada pihak yang bisa mengklaim sebagai pemilik tunggal Indonesia.
"Indonesia adalah negara gotong royong yang menjadikan rakyat sebagai satu-satunya pemegang legitimasi kekuasaan. Sejak awal berdiri, gotong royong sudah nyata. Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), dan PNI sebagai representasi kelompok Nasionalis selalu bersama mempelopori Indonesia Merdeka," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya.
Sehingga, dengan melihat sejarah tersebut maka kerja sama antara kerja sama PAN dan PDIP memiliki legitimasi historis dan ideologis.
"Jadi kalau cikal bakal PAN adalah Muhammadiyah, maka kerja sama kami dengan PAN dan Pemuda Muhammadiyah, punya legitimasi historis dan ideologis. Karena kita bersamalah yang memegang obor semangat keindonesiaan itu sejak awal," ungkapnya.
Sehingga, berkaca dari hal ini, Hasto mendorong pemuda Muhammadiyah jangan melihat konflik di dalam negeri yang seolah membenturkan antara Pancasila dengan Islam. Sebaliknya, semua pihak harus berjuang mendorong kemajuan Indonesia di dunia.
Dia lantas menyinggung peran Indonesia yang berhasil mendorong kemerdekaan bangsa Maroko, Tunisia dan Aljazair, serta dukungan penuh bagi Palestina dan Pakistan. Hal itu, kata Hasto, yang harusnya diberikan perhatian bukan hanya melihat masalah di dalam negeri dan mencari simpati untuk Pemilu 2024.
"Kenapa tiba-tiba sekarang semuanya mikir ke dalam? Hanya berdansa untuk 2024? Dimana kekuatan kita untuk memerdekakan bangsa lain? Maka kita harus outward looking," tegasnya.
BACA JUGA:
"Jadi Pemuda Muhammadiyah tak hanya bicara soal kira-kira 2024 di posisi politik apa. Tetapi juga ketika masuk ke politik, apa yang akan kita perjuangkan bagi peradaban, menciptakan sejarah kemajuan bagi kepemimpinan Indonesia untuk dunia? Mari keluarkan gagasan terbaik kita," ungkapnya.
Sementara Sekjen PAN Eddy Soeparno, dalam acara yang sama, mengatakan selama ini banyak yang mengira partai politik sekedar memikirkan pemenangan pemilu setiap lima tahun. Padahal, yang banyak tak diketahui, parpol sebenarnya memikirkan bagaimana menciptakan negarawan.
"Sering disebut politikus hanya pikirkan elektoral tiap lima tahun. Namun, negarawan memikirkan bagaimana generasi berikutnya. Mas Hasto dengan kami di PAN, mungkin bisa disebut hybrid," ungkap Eddy.
Dia kemudian menjelaskan, PAN dan PDIP adalah partai yang memang bertugas untuk memenangkan pemilu. Tapi, ada tugas utama yang sebenarnya kerap mereka lakukan namun tak terlihat yaitu mencetak negarawan.
"Kami politisi hybrid. Artinya, tugas kita memenangkan pemilu. Betul. Itu tugas pokok supaya bisa perjuangkan aspirasi masyarakat. Namun, utamanya ada tugas menciptakan negarawan yang memikirkan generasi bangsa ke depan," pungkasnya.