Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut peringatan dini bencana kerap kalah dengan peristiwa yang sedang trending.

Bahkan, dia mengatakan, peringatan bencana terkait siklon tropis Seroja sempat kalah trending dengan pernikahan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah.

"Saat peringatan dini dikeluarkan itu trendingnya naik. Tapi setelah jam 12 malam, kalah dengan trendingnya pernikahan siapa Atta-Aural. Jadi sudah kalah ini," kata Dwikorita seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 23 April.

Hal ini disampaikannya saat meluncurkan Gerakan Siaga Bencana secara daring pada Jumat, 23 April. Acara ini dihadiri sejumlah pejabat tinggi seperti Kepala BNPB Doni Monardo, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, hingga Menteri Sosial Tri Rismaharini.

Dwikorita di hadapan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan pejabat lain yang hadir, dia mengatakan hal tersebut kemudian menjadi pelajaran penting. Khususnya, dalam menginisiasi Gerakan Siaga Bencana.

Sebab, tiap pengumuman peringatan dini, BMKG harus mengemas informasi sebaik mungkin. Berikut, dengan detail dampak bencana yang berpotensi terjadi.

"Jadi kalau informasi dari BMKG mohon maaf, kami mengeluarkan peringatan dini tidak selalu mendapatkan perhatian. Itu pelajaran bagi kami berarti peringatan dini kami kalah menarik," ungkapnya.

Contoh lain, kata dia, yakni peringatan dini menggunakan bahasa Inggris. Dwikorita menyebut ada informasi kebencanaan terkait banjir di Jakarta yang disadur Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia. Informasi itu disebut lebih menyita perhatian.

"Kami memberikan peringatan dini seminggu sebelumnya, diulangi lagi tiga hari sebelumnya, dan sehari sebelumnya bersama Pak Doni (Kepala BNPB Doni Monardo). Tetapi ternyata masih tidak menjadi perhatian. Begitu Kedutaan Amerika menggunakan data BMKG untuk memberikan peringatan dini karena bahasa Inggris, semuanya tertarik," kata Dwikorita.

Dia mengatakan, data kebencanaa di Indonesia sudah diumumkan secara gamblang. Misalnya, terkait data gempa bumi tiga bulan terakhir. Dwikorita menyebut grafik bencana gempa terus meningkat.

"Mulai Januari sebanyak 662 kali, kemudian Februari 526 kali dan Maret hingga 920 kali," jelasnya.

Peristiwa itu, kata dia, tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi sudah menjadi fenomena alam di berbagai negara. Sehingga, melalui Gerakan Siaga Bencana, dia mendorong penguatan informasi dini bencana alam.

Dwikorita menyebut BMKG melakukan integrasi informasi bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PMNVBG) Kementerian ESDM. Integrasi itu dibutuhkan lantaran tak sedikit kejadian tsunami yang diawali erupsi gunung berapi.

"Saat ini (kami sudah, red) bekerja sama dengan Badan Geologi kami telah berhasil mendapatkan integrasi data langsung dari monitoring Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. Tapi masih banyak bulatan-bulatan (gunung api, red) sekitar 8 lokasi lain yang berpotensi menimbulkan tsunami," pungkasnya.