JAKARTA - Presiden Chad Idriss Deby Itno tewas pada Hari Senin pekan ini di garis depan dalam pertempuran melawan pejuang dari Front untuk Perubahan dan Concord in Chad (FACT) yang bermarkas di Libya, sebuah kelompok yang dibentuk oleh perwira tentara pembangkang.
Putra Deby, Mahamat Idriss Deby atau Mahamat Kaka diangkat sebagai presiden sementara sekaligus komandan angkatan bersenjata oleh Dewan Peralihan Perwira Militer, ketika pasukan pemberontak mengancam akan menduduki ibu kota saat pemakaman Hari Jumat esok.
Jenderal Mahamat bergerak untuk mengkonsolidasikan posisinya pada Hari Rabu, dengan dewan mengeluarkan piagam baru menggantikan konstitusi yang memberinya fungsi presiden dan juga menunjuknya sebagai kepala angkatan bersenjata.
Dalam komentar publik pertamanya sejak mengambil alih kekuasaan, Mahamat mengatakan tentara ingin mengembalikan kekuasaan kepada pemerintah sipil dan mengadakan pemilihan yang bebas dan demokratis dalam 18 bulan.
"Dewan militer tidak berambisi untuk memerintah negara sendirian," katanya dalam pidatonya di hadapan perwakilan partai politik, yang dimuat di situs kepresidenan, melansir Reuters, Kamis 22 April.
Militer juga mengumumkan telah membuka kembali perbatasan Chad, yang ditutup setelah kematian Deby.
Pemberontak FACT menolak rencana militer itu dan mengatakan pada Rabu, gencatan senjata untuk menghormati dan memakamkan Idriss Deby akan berakhir pada tengah malam.
"Kekuatan perlawanan nasional lebih dari sebelumnya bertekad untuk, membebaskan rakyat Chad dari kediktatoran yang keji ini," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan itu juga memperingatkan kepala negara asing agar tidak menghadiri pemakaman Deby pada Hari Jumat demi keamanan. Rencananya, Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai sekutu Idriss Deby berencana untuk hadir, kata seorang juru bicara.
Seorang juru bicara FACT, yang tidak terkait dengan jihadis, mengatakan pasukannya sekarang berada di wilayah Kanem sekitar 200-300 km (125-190 mil) utara N'Djamena dan tujuan mereka adalah membawa demokrasi ke Chad setelah bertahun-tahun pemerintahan otoriter di bawah Idriss Deby.
"Kami tidak ingin merebut kekuasaan untuk memegang kekuasaan. Tujuan kami adalah agar transisi demokrasi menjadi kenyataan," kata juru bicara itu, seraya menambahkan kelompok itu bersiap untuk berbaris di N'Djamena, ibu kota Chad.
BACA JUGA:
FACT mengaku bertanggung jawab atas cedera yang menewaskan Idriss Deby Itno pada Hari Senin. Dia terluka oleh tembakan di desa Mele dekat kota Nokou, lebih dari 300 km (190 mil) utara N’Djamena, dan dievakuasi ke ibu kota tempat dia kemudian meninggal, kata juru bicara FACT. Kepresidenan Chad belum berkomentar tentang keadaan pasti kematiannya.