Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan, Yordania dan Mesir akan mendukung usulan untuk merelokasi warga Palestina di Gaza, meskipun kedua negara menolak mentah-mentah untuk mempertimbangkan langkah tersebut.

"Mereka akan melakukannya. Mereka akan melakukannya. Mereka akan melakukannya, oke? Kami melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka akan melakukannya," kata Presiden Trump selama sesi foto di Ruang Oval, melansir The Times of Israel 31 Januari.

Sebelumnya, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Raja Yordania Abdullah menolak segala bentuk pemindahan paksa warga Palestina, beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyarankan agar negara-negara Arab menerima warga Palestina dari Jalur Gaza yang dilanda perang.

"Terkait apa yang dikatakan tentang pemindahan warga Palestina, hal itu tidak akan pernah dapat ditoleransi atau diizinkan karena dampaknya terhadap keamanan nasional Mesir," kata Presiden el-Sisi dalam konferensi pers pada Hari Rabu, dikutip dari Al Jazeera.

"Deportasi atau pemindahan warga Palestina adalah ketidakadilan yang tidak dapat kami lakukan," tegasnya.

Beberapa saat kemudian, Raja Yordania Abdullah II mengatakan warga Palestina harus tetap tinggal di tanah mereka.

Raja menekankan selama pertemuan di Brussels, "posisi tegas Yordania tentang perlunya mempertahankan warga Palestina di tanah mereka dan menjamin hak-hak mereka yang sah, sesuai dengan solusi dua negara Israel dan Palestina", kata istana kerajaan dalam sebuah pernyataan.

Diketahui, hampir semua dari 2,2 juta penduduk Gaza telah mengungsi dari rumah mereka setidaknya sekali, sejak Israel melancarkan perang di wilayah tersebut pada Oktober 2023 sebagai tanggapan atas serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan.

Setelah gencatan senjata Israel-Hamas berlaku bulan ini, Trump menggembar-gemborkan rencana untuk "membersihkan" Jalur Gaza dan merelokasi penduduknya ke Yordania dan Mesir. Ia kembali ke gagasan itu minggu ini, menyerukan agar warga Palestina pindah ke lokasi yang "lebih aman" seperti Mesir atau Yordania.

Pemindahan penduduk Gaza dapat dilakukan "sementara, atau bisa juga jangka panjang", katanya.

Namun gagasan untuk merelokasi warga Palestina telah lama ditolak oleh warga Palestina dan negara-negara regional, yang mengatakan hal itu akan merusak gagasan kenegaraan Palestina dan memicu ketidakstabilan di Timur Tengah.

Sejak dimulainya perang Israel selama 15 bulan di Gaza, negara-negara Arab telah berulang kali memperingatkan terhadap rencana apa pun untuk mendorong warga Palestina ke negara-negara tetangga, dengan mengatakan tindakan seperti itu akan mengingatkan pada Nakba pada tahun 1948, ketika ratusan ribu warga Palestina dipindahkan secara paksa selama pertempuran yang terjadi selama pembentukan negara Israel.

Mesir dan Yordania sendiri memiliki perjanjian damai dengan Israel dan juga mendukung pembentukan Negara Palestina di Tepi Barat yang diduduki, Gaza, dan Yerusalem timur. Mereka khawatir pemindahan permanen penduduk Gaza dapat membuat masa depan Negara Palestina lebih sulit diwujudkan.

Mesir dan Yordania merupakan sekutu utama AS di Timur Tengah dan penerima bantuan AS. Bantuan militer tahunan AS senilai 1,3 miliar dolar AS untuk Mesir dibebaskan dari pembekuan dana AS untuk program bantuan global minggu ini.