Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock melakukan perjalanan ke Suriah untuk kunjungan satu hari bersama mitranya dari Prancis atas nama Uni Eropa. Menlu Jerman dan Prancis akan bertemu dengan Ahmed al-Sharaa, pemimpin penguasa baru Suriah.

“Perjalanan saya hari ini – bersama dengan mitra saya dari Perancis dan atas nama UE – adalah sinyal yang jelas bagi Suriah. Permulaan politik baru antara Eropa dan Suriah, antara Jerman dan Suriah mungkin terjadi,” kata Baerbock dilansir Reuters, Jumat, 3 Januari.

Baerbock dan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot merupakan diplomat tinggi pertama dari Uni Eropa yang mengunjungi Suriah sejak pemberontak menguasai Damaskus pada 8 Desember.

Gerakan pemberontak membuat Presiden Bashar al-Assad melarikan diri setelah lebih dari 13 tahun perang saudara hingga berakhirnya era keluarga Assad selama puluhan tahun.

“Di Suriah, kami ingin mendorong transisi yang damai dan menuntut demi kepentingan rakyat Suriah dan stabilitas regional,” kata Barrot melalui platform media sosial X.

Sejak menggulingkan Assad, pemberontak Islam yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan Sharaa telah berusaha meyakinkan negara-negara Arab dan komunitas internasional mereka akan memerintah atas nama seluruh warga Suriah dan tidak 'mengekspor' revolusi Islam.

Pemerintah negara-negara Barat secara bertahap mulai membuka saluran dengan Sharaa dan HTS, kelompok Muslim Sunni yang sebelumnya berafiliasi dengan Al Qaeda, dan mulai memperdebatkan apakah akan menghapus sebutan kelompok tersebut sebagai teroris.

Baerbock mengatakan dirinya melakukan perjalanan ke Suriah dengan “uluran tangan” serta “harapan yang jelas” terhadap penguasa baru.

“Kami tahu dari mana HTS berasal secara ideologis, apa yang telah dilakukannya di masa lalu,” kata Baerbock.

“Tetapi kami juga mendengar dan melihat adanya keinginan untuk bersikap moderat dan saling pengertian dengan aktor-aktor penting lainnya,” imbuhnya.