YOGYAKARTA - Profil Yos Suprapto, pelukis kawakan, akhir-akhir ini sedang ramai diperbincangkan. Pameran lukisannya yang sedianya dibuka pada Kamis (19/12) malam di Galeri Nasional Indonesia (Galnas), Jakarta, tidak jadi dilaksanakan. Adapun penyebabnya karena ada 'pemberedelan'.
Pada mulanya, pameran yang bertajuk "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan' ini dijadwalkan berlangsung pada 20 Desember hingga 19 Januari 2025. Sedangkan Galnas adalah museum seni rupa modern dan kontemporer milik negara.
Yos menjelaskan, sebelum pameran dibuka, kurator yang ditunjuk pihak Galeri Nasional, Suwarno Wisetrotomo, meminta lima di antara 30 lukisan, diturunkan. Namun Yos menolak.
Lima lukisan tersebut diturunkan itu karena mengandung kritik sosial. Banyak kalangan berpendapat jika sosok di lukisan itu wajahnya mirip Jokowi.
Melalui akun Instagram resminya, Galeri Nasional menjelaskan dengan berat hati mengumumkan pembatalan pameran tersebut.
"Ditunda karena adanya kendala teknis yang tidak dapat dihindari," ungkap mereka, Jumat (20/12).
Dalam artikel ini, akan kita bahas profil Yos Suprapto yang sedang menjadi pembicaraan.
Profil Yos Suprapto
Yos Suprapto adalah seorang seniman kelahiran Surabaya yang memiliki pandangan bahwa ide dan konsep kreatif dapat direpresentasikan secara konvensional ataupun nonkonvensional.
Ia lahir pada tanggal 26 Oktober 1952. Yos Suprapto pernah belajar di ASRI Yogyakarta pada tahun 1970, tetapi keluar tahun 1973. Selanjutnya, sang pelukis menyandang gelar PhD bidang Sosiologi Kebudayaan dari Southern James Cook University, North Queensland, Australia.
Yos sendiri sudah lama akrab dengan karya yang berkaitan dengan masalah sosial, politik, lingkungan, khususnya isu pangan.
Pernah Jadi Aktivis Mahasiswa
Dikutip dari tulisan Donny Pratidana dan Bima Agus Setyawan, Yos juga pernah melibatkan diri sebagai aktivis mahasiswa yang melakukan penentangan rezim Orde Baru. Ia juga pernah tergabung sebagai kontributor dalam majalah bawah tanah 'Independen' sebagai ilustrator halaman sampul majalah tersebut.
Pada tahun 1994, dalam pameran tunggalnya dengan tajuk “Bersatu Dengan Alam” di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, Jakarta, ia mengangkat isu tentang lingkungan. Selanjutnya tahun 2001, Yos menyelenggarakan pameran tunggal bertema “Barbarisme: Perjalanan Anak Bangsa” di Galeri Nasional (Galnas).
Pada tahun 2005, melalui pameran tunggal bertajuk “Republik Udang” di Tembi Gallery, Yogyakarta, Yos kembali mengangkat isu sosial, kali ini dalam bentuk kritik atas korupsi di lingkungan elite birokrasi.
Selain melontarkan kritik bernada keras dan pedas, Yos juga pernah melukis tentang warna-warni nelayan dalam karyanya bertajuk 'Arus Balik'. Dalam karya tersebut, ia menggambarkan nelayan yang sedang melaut dengan filosofi Indonesia harus mengembalikan budaya bahari.
VOIR éGALEMENT:
"Yos percaya budaya bahari yang perlahan ditinggalkan oleh rakyat Indonesia sebaliknya merupakan kekuatan vital bangsa kita untuk menuju kemakmuran," demikian kalimat yang tertera dalam buku biografi tersebut.
Demikianlah ulasan tentang profil Yos Suprapto, seniman yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan karena karya yang dianggap kontroversial. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.