Bagikan:

JAKARTA - Presiden Vladimir Putin dalam sebuah wawancara Hari Minggu mengatakan, Rusia siap menormalisasi hubungannya dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, tanpa merugikan kepentingannya.

"Semuanya dapat dilakukan sesuai keinginan. Kami tidak pernah mengabaikan keinginan ini," kata Presiden Putin, menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan Rusia dan Amerika Serikat untuk menormalisasi hubungan kedua negara, dilansir dari TASS 23 Desember.

Semuanya berubah dalam hubungan internasional dan hanya kepentingan yang tetap tidak berubah, dalam hal ini, "kepentingan Rusia dan rakyatnya," tegas pemimpin Rusia itu dalam wawancara dengan jurnalis VGTRK Pavel Zarubin.

Menegaskan Rusia siap menghadapi perubahan dan prospek bekerja sama dengan negara lain, Presiden Putin menggarisbawahi itu tidak boleh merugikan negaranya.

"Jika kita melihat bahwa situasi berubah sedemikian rupa sehingga ada peluang dan prospek untuk membangun hubungan dengan negara lain, maka kita siap untuk itu. Ini bukan masalah kita, tetapi masalah mereka. Tetapi ini seharusnya tidak merugikan kepentingan Federasi Rusia," tegas Putin.

Berbicara tentang perubahan dalam hubungan internasional, pemimpin Rusia itu memberikan contoh dari abad ke-19 dan ke-20.

Secara khusus, ia mengingat setelah setelah Perang Krimea tahun 1853-1856, ketika serangkaian pembatasan diberlakukan terhadap Rusia, banyak yang menulis Rusia mengisolasi diri dan tidak menanggapi ketidakadilan yang terjadi di dunia.

Menanggapi hal itu, kata Presiden Putin, Menteri Luar Negeri Kekaisaran Rusia saat itu Alexander Gorchakov mengirimkan sepucuk surat dengan kata-kata berikut: "Rusia tidak marah. Rusia sedang berkonsentrasi."

"Secara bertahap, saat Rusia berkonsentrasi, Rusia juga mengembalikan semua haknya di Laut Hitam, tumbuh lebih kuat, dan seterusnya," jelasnya.

Presiden Putin juga menyoroti fakta beberapa sejarawan menggambarkan Perang Krimea sebagai 'Perang Dunia Nol' karena hampir semua kekuatan Eropa berpartisipasi di dalamnya melawan Rusia.

Namun, seperti yang dikatakannya, situasinya berubah dan negara-negara yang sama ini sudah menjadi sekutu Rusia selama Perang Dunia I.