Bagikan:

JAKARTA - Seorang kepala jaksa penuntut umum di Jepang bagian tengah meminta maaf kepada seorang kakek yang selama beberapa puluh tahun berada dalam status hukuman mati yang akhirnya dibebaskan.

Seorang kakek berusia 88 tahun dibebaskan dalam persidangan ulang atas kasus pembunuhan empat orang pada tahun 1966, setelah lebih dari empat dekade berstatus dihukum mati.

"Saya sangat menyesal Anda ditempatkan dalam status hukum yang tidak pasti untuk waktu yang lama," kata Hideo Yamada, kepala Kantor Kejaksaan Umum Distrik Shizuoka kepada Iwao Hakamata saat berkunjung ke rumahnya di Hamamatsu, Prefektur Shizuoka November lalu, dikutip dari Kyodo News 20 Desember.

Yamada menambahkan, dia telah "menerima pembebasan tersebut dan tidak menganggap Hakamata sebagai pelakunya."

Kaka perempuan Hakamata, Hideko (91) berada di sisinya karena sulit bagi Hideko untuk berkomunikasi setelah kondisi mentalnya memburuk selama puluhan tahun dipenjara.

"Iwao dan saya sama-sama berpikir itu adalah takdir. Kami senang sekarang pembebasannya telah dirampungkan," kata Hideko kepada Yamada.

Hakamata ditangkap pada tahun 1966 dan hukuman matinya dijatuhkan pada tahun 1980. Ia dibebaskan pada tahun 2014 setelah bukti baru menimbulkan keraguan tentang hukumannya dan dibebaskan dalam persidangan ulang pada Bulan September tahun ini.

Putusan tersebut dirampungkan dengan keputusan jaksa untuk tidak mengajukan banding. Hakamata sendiri dikenal sebagai terpidana hukuman mati terlama di dunia.

Pengadilan Distrik Shizuoka mengatakan dalam putusannya, Hakamata mengalami "rasa sakit fisik dan mental" selama pemeriksaan dan pernyataannya yang mengakui kejahatan itu "dibuat-buat."

Sebelumnya, Takayoshi Tsuda, kepala Kepolisian Prefektur Shizuoka juga mengunjungi rumah Hakamata pada Bulan Oktober untuk meminta maaf, berjanji untuk "melakukan penyelidikan yang lebih menyeluruh dan tepat di masa mendatang."

Hakamata adalah mantan petinju profesional dan karyawan tetap di sebuah pabrik miso, ketika ia ditangkap karena diduga membunuh direktur pelaksana senior perusahaan tersebut, istrinya, dan dua anak mereka. Keempatnya ditemukan tewas akibat luka tusuk di rumah mereka di Prefektur Shizuoka, yang telah terbakar.

Hakamata pun didakwa atas pembunuhan, perampokan, dan pembakaran.