MAKASSAR - Polda Sulawesi Selatan menelusuri dugaan keterlibatan seorang pengusaha asal Makassar berinisial ASS yang diduga memfasilitasi produksi uang palsu dari rumahnya di Kota Makassar hingga masuk ke dalam Kampus UIN Alauddin di Gowa, Sulawesi Selatan.
"Awal pertama ditemukan (mesin pencetak uang) di Jalan Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar, maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar, tadinya menggunakan alat kecil," kata Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan Wibisono dilansir ANTARA, Kamis, 19 Desember.
Menurut kapolda, diduga permintaan uang palsu (upal) semakin meningkat, pelaku berinisial SAR ini kemudian mulai mencari tempat yang lebih aman, dan didukung dengan kapasitas mesin yang besar guna menghasilkan upal lebih banyak, bahkan tembus masuk ke area kampus diduga bekerja sama dengan tersangka AI.
Pelaku SAR telah mempengaruhi tersangka inisial AI diketahui menjabat Kepala Perpustakaan sekaligus dosen di Kampus II UIN Alauddin Makassar, Jalan Yasin Limpo, Samata, Kabupaten Gowa, Sulsel agar bisa memproduksi upal secara massal.
Awalnya, tersangka AI mendapatkan sejumlah upal pecahan Rp100 ribu tersebut dari tersangka SAR yang dikenalnya melalui ASS. Upal tersebut di produksi sendiri SAR di rumahnya AAS, Jalan Sunu Makassar.
Belakangan, AI diduga terpengaruh memberikan ruang bagi SAR untuk mencetak upal pada salah satu ruangan Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Samata tanpa sepengetahuan pihak Rektorat UIN Alauddin. Mesin cetak besar yang sudah di beli kemudian di bawa masuk ke dalam kampus pada awal September 2024.
"Alat besar itu senilai Rp600 juta, dibeli di Surabaya namun di pesan dari China. Alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa, menggunakan salah satu gedung yaitu perpustakaan tanpa sepengetahuan pihak kampus di malam hari," ungkap kapolda kepada wartawan.
Masuknya mesin tersebut awal September 2024 untuk TKP kedua,.Untuk TKP pertama itu di rumah ASS, Jalan Sunu, Kota Makassar.
Dari hasil interogasi pertama, tersangka mengaku mulai membuat upal dari Juni 2010 diduga atas suruhan ASS, kemudian dilanjutkan pada 2011 hingga 2012. ASS kala itu ingin maju sebagai kontestan calon wali kota Makassar.
"Sudah sempat mencalonkan wali kota Makassar (ASS), namun tidak mendapatkan kursi (dukungan partai), kemudian sampai Juni 2022 ini kembali lagi untuk merencanakan pembuatan dan mempelajari lagi. Rencananya, pembuatan ini dari tahun 2022, kalau tahun 2010 itu masih taraf pengenalan," ujarnya.
BACA JUGA:
Sedangkan tersangka AI juga sempat mengajukan diri maju bertarung di Pilkada serentak 2024 untuk Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Barru, hanya saja tidak mendapat respons dari partai politik.
"Tapi alhamdulillah tidak jadi. Jadi, dana ini, uang yang dicetak akan di pakai untuk itu (serangan fajar), tapi tidak jadi, tidak ada partai yang mencalonkannya. Walaupun nanti, disebarkan dengan uang palsu supaya bisa memilih yang bersangkutan, ternyata karena itu uang palsu, maka tidak jadi," katanya membeberkan.