SERANG - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten terus mengintensifkan upaya penanganan terhadap sekitar 35.000 balita yang mengalami stunting (tengkes) dan penyakit tuberkulosis (TBC). Penjabat Gubernur Banten, Al Muktabar menyebutkan angka tersebut berasal dari hasil pengukuran berat dan tinggi badan 840.000 balita di provinsi itu.
“Dengan sistem ini, penanganan menjadi lebih tepat sasaran. Jadi, data yang kami kelola berfokus pada individu, sehingga intervensinya langsung kepada balita yang membutuhkan,” kata Al Muktabar di Serang, Rabu 11 Desember.
Al Muktabar menjelaskan bahwa angka prevalensi stunting di Banten sebesar 23,8 persen berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Namun, data dari e-PPGBM menunjukkan angka prevalensi lebih rendah, yaitu sekitar empat persen.
“Perbedaan ini terjadi karena metodologi pengumpulan data yang berbeda. Meskipun demikian, data berbasis by name by address tetap menjadi acuan utama untuk memastikan penanganan yang efektif,” ujarnya.
BACA JUGA:
Pemprov Banten juga menjalankan tiga program utama di bidang kesehatan masyarakat, sejalan dengan program Kementerian Kesehatan dan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
Program Banten bebas tuberkolosis (TBC) ini menegaskan komitmen Pemprov Banten dalam menangani dan mencegah penyakit TBC secara serius. Pemprov berharap masyarakat khususnya balita di Banten terbebas dari stunting dan TBC.