Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat meluncurkan Gerakan Bersama Literasi Stunting, Imunisasi, Pencegahan DBD, Penanggulangan TBC (Geber Si Jumo) dan Jaga Ibu Hamil Lingkungan Bersih dan Sehat (Jamillah) dengan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat).

Gerakan bersama itu diluncurkan Sekretaris Daerah Provinsi Jabar, Herman Suryatman, di SMK Negeri 1 Majalengka, Kabupaten Majalengka.

"Si Jumo itu ikon pahlawan bagi anak sekolah membantu menjadi agen perubahan dalam rangka merdeka belajar untuk membacakan cerita (sosialisasi) mengenai pencegahan stunting, penanganan DBD (demam berdarah dengue), dan TBC ke minimal 10 orang tetangganya," kata Herman.

Untuk Geber Jamillah, Herman menjelaskan hal itu terkait agen perubahan bagi masyarakat yang ikut serta dalam pencegahan tengkes (stunting), penanganan DBD, dan TBC.

"Mudah-mudahan kader di lapangan bisa menunaikan tugas dengan baik," ujar Herman.

Selain itu, Herman menjelaskan berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia, saat ini prevalensi stunting di Jabar berada di angka 21,7 persen.

Untuk DBD, selama tahun 2024, ada sekitar 28.000 orang yang terkena DBD dan 210 orang meninggal dunia.

"Begitu juga TBC, yang terjangkit di Jabar di angka lebih dari 211.000. Angkanya cukup tinggi, ini pekerjaan rumah kita semua," tutur Herman.

Herman lebih lanjut mengungkapkan solusi terbaik menangani itu semua, yakni dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pencegahan stunting, penanganan DBD, dan TBC.

Karena itu, peluncuran Geber Si Jumo dan Jamillah dengan perilaku PHBS merupakan solusi terbaik dalam upaya pencegahan dan penanganan.

"Gerakan bersama ini diarahkan untuk menyosialiasaikan agar masyarakat paham dan mengetahui bahwa itu (stunting, DBD, dan TBC) sangat berbahaya," ujar Herman.

"Jika sudah memiliki pemahaman, maka masyarakat bisa melakukan penanganan bahkan lebih jauh dapat melakukan pencegahan secara mandiri," ucapnya.

Untuk pencegahan stunting, Herman memaparkan strategi Zero New Stunting dengan dua cara pencegahan pada ibu hamil sebelum kelahiran maupun setelah kelahiran.

"Sebelum kelahiran, ibu hamil harus mendapatkan asupan tablet tambah darah, memeriksakan diri ke tenaga kesehatan minimal enam kali, dan mendapatkan protein hewani," katanya.

Setelah kelahiran pada balita usia 0-6 bulan, Herman menjelaskan perlu mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif.

Kemudian usia 7-24 bulan mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI) dengan mengonsumsi makanan yang berprotein hewani, seperti telur, daging, ikan, dan susu.

"Itu saya kira dengan strategi Zero New Stunting dan jurusnya sebelum kelahiran dan setelah kelahiran," ungkap Herman.

Sememtara itu, dalam penanganan DBD dan TBC, ia menyebut dengan menerapkan PHBS.

"Untuk DBD lakukan 3M, yaitu menutup, menguras, dan mengolah, pasti tidak akan ada nyamuk Aedes Aegypti, yang akhirnya DBD bisa diatasi," ucapnya.

Sama dengan TBC yang harus menerapkan PHBS. Jika terlanjur terserang, masyarakat dapat memperoleh obat di Puskesmas terdekat.

"Saya kira obat sudah disediakan, tinggal literasi masyarakat dan itu bisa dilakukan dengan gotong royong," ujarnya.

Penjabat Bupati Majalengka, Dedi Supandi, mengatakan bahwa pihaknya dalam mengatasi stunting akan menerapkan desentralisasi anggaran desa.

"Saya sudah komitmen bahwa di era saya akan ada desentralisasi anggaran. Jadi, harus hadir dukungan dari pemerintah desa. Setiap desa harus digolontorkan dana stunting," kata Dedi.

Ia pun akan menurunkan 1.173 mahasiswa Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tingkat tiga untuk ikut membantu menyosialiasikan dan memantau ibu hamil dalam upaya menurunkan angka stunting di Majalengka.

"Saya beri tugas khusus menurunkan stunting. Mereka tinggal mengecek di beberapa titik yang dijadikan titik lokasi, setelah itu kita akan drop berbagai intevensi (kebutuhan)," katanya.