Bagikan:

JAKARTA - Teheran akan mengirim rudal, pesawat nirawak (drone) dan lebih banyak penasihat ke Suriah, kata seorang pejabat senior Iran pada Hari Jumat, saat pasukan pemberontak melancarkan serangan kilat ke selatan menuju Kota Homs, menjadi tantangan terbesar bagi Pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

Merebut Homs akan memutus ibu kota Suriah, Damaskus, dari pantai, benteng pertahanan lama sekte minoritas Alawi Assad dan tempat sekutu Rusia-nya memiliki pangkalan angkatan laut dan pangkalan udara.

"Kemungkinan besar Teheran perlu mengirim peralatan militer, rudal, dan pesawat nirawak ke Suriah. Teheran telah mengambil semua langkah yang diperlukan untuk meningkatkan jumlah penasihat militernya di Suriah dan mengerahkan pasukan," kata pejabat itu, yang tidak mau disebutkan namanya, melansir Reuters 6 Desember.

"Sekarang, Teheran menyediakan dukungan intelijen dan satelit ke Suriah."

Diberitakan sebelumnya, kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), mantan afiliasi al-Qaeda, melancarkan serangan baru dari benteng mereka di Suriah barat laut minggu lalu.

Selama akhir pekan, pemberontak merebut Aleppo, kota terbesar kedua di negara itu, sebelum bergerak ke selatan dan memasuki Kota Hama pada Hari Kamis.

Sementara itu, Hizbullah mengirim sejumlah kecil "pasukan pengawas" dari Lebanon ke Suriah dalam semalam untuk membantu mencegah pejuang antipemerintah merebut Homs, dua sumber keamanan senior Lebanon mengatakan kepada Reuters.

Seorang perwira militer Suriah dan dua pejabat regional yang dekat dengan Teheran juga mengatakan kepada Reuters, pasukan elite dari Hizbullah yang didukung Iran telah menyeberang dari Lebanon dalam semalam dan telah mengambil posisi di Homs.

Itu menyusul pernyataan Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem dalam pidato di televisi, berjanji pihaknya akan mendukung Pemerintah Suriah di bawah Presiden Bashar al-Assad yang tengah menghadapi pemberontakan.

"Mereka tidak akan dapat mencapai tujuan mereka meskipun apa yang telah mereka lakukan di masa lalu, dan kami sebagai Hizbullah akan berada di pihak Suriah dalam menggagalkan tujuan agresi ini semampu kami," kata Qassem pada Hari Kamis, seraya menambahkan "agresi" tersebut disponsori oleh Amerika Serikat dan Israel, melansir Al Jazeera.

Qassem tidak memberikan perincian tentang bagaimana Hizbullah akan mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, tetapi mengatakan kelompok yang berpihak pada Iran itu akan melakukan apa pun yang dapat dilakukannya.

Setelah bertahun-tahun terkunci di balik garis depan yang membeku, para pemberontak telah keluar dari benteng mereka di Idlib barat laut untuk mencapai kemajuan medan perang tercepat oleh kedua belah pihak sejak pemberontakan jalanan terhadap Presiden Assad berkembang menjadi perang saudara 13 tahun lalu.

Presiden Assad mendapatkan kembali kendali atas sebagian besar Suriah setelah sekutu utamanya - Rusia, Iran, dan kelompok Hizbullah Lebanon - mendukungnya. Namun, semua itu baru-baru ini dialihkan oleh krisis lain, yang memberi militan Muslim Sunni Suriah kesempatan untuk melawan.

Pemerintahan Presiden Assad sendiri sangat bergantung pada dukungan militer Rusia dan Iran selama tahun-tahun paling intens perang saudara, membantunya merebut kembali sebagian besar wilayah dan kota-kota terbesar Suriah sebelum garis depan mengeras pada tahun 2020.