PAPUA - Persediaan bahan makanan di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua saat ini hanya mencukupi untuk kebutuhan tiga hingga empat hari ke depan.
Hal ini mengingat putusnya jalur transportasi udara setelah aksi penembakan berujung kematian dua orang guru oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. Tidak ada pesawat atau helikopter yang terbang ke lokasi.
"Memang benar persediaan bahan makanan di Beoga berkurang karena tidak ada pesawat masuk," kata Kapolsek Beoga Ipda Ali Akbar saat dihubungi Antara dari Jayapura, Selasa, 13 April.
Terakhir masuknya pesawat, sambung Kapolsek Ali Akbar, saat evakuasi dua jenazah guru tersebut.
"Pesawat tersebut juga tidak membawa logistik sehingga warga bertahan dengan bahan makanan yang ada," kata Ali Akbar.
Di Beoga memang ada 12 warung atau kios besar dan kecil namun persediaan juga mulai menipis.
BACA JUGA:
Ia menjelaskan tidak mudah mendarat di lapangan terbang Beoga karena sebelum mendarat pesawat harus terbang melintas di sebelah utara, yang saat ini menjadi tempat persembunyian KKB.
"Pintu masuk ke lapangan terbang Beoga harus melalui sisi utara di mana KKB bersembunyi sehingga saat pesawat terbang rendah ketika mau mendarat dapat menjadi sasaran tembak, " kata Kapolsek.
Ia mengakui bahwa lapangan terbang sudah dikuasai KKB, namun pintu masuk ke lapangan terbang harus melalui sebelah utara itu sehingga pilot takut untuk terbang ke Beoga.
Untuk mencapai lokasi tersebut cukup sulit karena berada di ketinggian sehingga dengan mudahnya KKB menembak bila anggota Polri/TNI menuju lokasi tersebut.
Ketika ditanya tentang warga yang mengungsi, Kapolsek Beoga mengaku yang mengungsi di polsek tercatat tiga orang, di koramil delapan orang dan sebanyak 31 orang memilih tetap tinggal di rumahnya namun letaknya dekat koramil.
Aksi penembakan yang dilakukan KKB di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak menyebabkan dua orang meninggal yakni Oktovianus Rayo yang ditembak Kamis, 8 April dan Yonatan Renden ditembak pada Jumat, 9 April.