JAKARTA - Ribuan pengunjuk rasa bentrok di ibu kota Tbilisi. Mereka menggunakan senjata kembang api otomatis ke arah polisi yang dibalas meriam air dan gas air mata.
“Saya di sini karena alasan yang sangat sederhana, untuk membela masa depan saya di Eropa dan demokrasi negara saya,” kata salah satu pengunjuk rasa, Nikoloz Miruashvili dilansir Reuters, Senin, 2 Desember.
Beberapa pengunjuk rasa tetap berada di luar sepanjang malam, namun polisi akhirnya mengakhiri kebuntuan dengan memindahkan mereka dari gedung parlemen.
Kementerian dalam negeri Georgia mengatakan 21 petugas polisi terluka dalam protes semalam, dan 113 orang terluka sejak awal kerusuhan saat ini.
Sejumlah pengunjuk rasa juga terluka dalam beberapa hari terakhir, dan Amerika Serikat mengutuk apa yang mereka sebut sebagai penggunaan kekuatan polisi yang berlebihan.
Ombudsman Georgia mengatakan 124 dari 156 orang yang ditangkap dalam aksi unjuk rasa telah mengeluhkan polisi menggunakan kekerasan terhadap mereka, dan menyebutnya sebagai “angka yang sangat meresahkan”.
🇬🇪 Georgia: People fighting back against Kremlin masked enforcers' tear-gas infused water cannons in Tbilisi. pic.twitter.com/GXb8SoXwl0
— Igor Sushko (@igorsushko) November 30, 2024
Zurab Japaridze, pemimpin gerakan oposisi Koalisi untuk Perubahan, ditahan sebentar oleh polisi tetapi kemudian ibebaskan
Ratusan diplomat dan pegawai negeri sipil telah menandatangani surat terbuka yang memprotes keputusan untuk menunda pembicaraan dengan UE dan berhenti menerima dana apa pun dari blok tersebut selama empat tahun. Setidaknya empat duta besar Georgia telah mengundurkan diri.
BACA JUGA:
Ilia Topuria, seorang pejuang seni bela diri dengan banyak pengikut di negara tersebut, menulis dalam sebuah postingan Instagram: "Saya menentang keputusan untuk menghentikan negosiasi aksesi kami ke Uni Eropa. Saya malu melihat bagaimana anak-anak Georgia diperlakukan”.
Zourabichvili mengatakan dia tidak akan mundur sebagai presiden ketika masa jabatannya berakhir bulan ini karena parlemen yang akan memilih penggantinya dipilih dalam pemilu Oktober yang menurut pihak oposisi telah dicurangi.
Komisi pemilihan mengatakan pemungutan suara itu adil. Perdana Menteri Kobakhidze pada Minggu mengatakan Zourabichvili bereaksi secara emosional terhadap kekalahan oposisi dalam pemilu dan harus meninggalkan istana presiden pada akhir bulan ini.