JAKARTA - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengungkapkan sejumlah penyebab rendahnya partisipasi pemilih di Jakarta Utara (Jakut) pada Pilkada Jakarta 2024.
"Jika partisipasi rendah, misalnya, di bawah 60 persen ini perlu dievaluasi," kata anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jakarta Utara, Yapto Sendra di Jakarta, Jumat 29 November, disitat Antara.
Menurut dia, sejumlah hal yang menjadi penyebab rendahnya partisipasi pemilih seperti kejenuhan politik, kurangnya sosialisasi hingga terjadinya hambatan teknis.
"Kami melihat hal ini sebagai perhatian serius dan bekerjasama dengan KPU untuk mengatasinya ke depan," kata dia.
Ia menambahkan, proses pemungutan suara di Jakarta Utara saat Pilkada Jakarta pada Rabu 27 November sudah berjalan sesuai dengan prosedur, meski masih ada potensi pelanggaran yang terjadi
"Bawaslu biasanya akan merilis data resmi terkait temuan pelanggaran setelah evaluasi selesai," kata dia.
BACA JUGA:
Anggota Bawaslu Jakarta Utara Muhamad Shobirin mengatakan, pihaknya menemukan partisipasi pemilih untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di wilayah tersebut cukup rendah.
"Itu yang menjadi temuan kami, tapi masih menunggu data pasti hingga penghitungan resmi selesai," tuturnya.
Berdasarkan peninjauan di lapangan, menurut dia, memang diperkirakan terjadi penurunan partisipasi pemilih di Pilkada dibandingkan saat Pilpres dan Pileg pada Februari 2024.
"Itu tidak hanya terjadi di Jakarta Utara tapi juga daerah lain di Jakarta," kata dia.
Pilkada Jakarta 2024 telah diselenggarakan pada Rabu 27 November. Menurut hasil hitung cepat, pasangan Pramono Anung dan Rano Karno unggul dibandingkan pasangan lainnya.
Sementara posisi kedua diduduki oleh pasangan nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono dan posisi terakhir oleh pasangan nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana.