JAKARTA - Enam orang, termasuk empat tentara paramiliter, tewas dalam bentrokan di dekat parlemen Pakistan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa yang menuntut pembebasan mantan Perdana Menteri Imran Khan.
Perdana Menteri Shehbaz Sharif menyalahkan para pengunjuk rasa atas kematian tentara tersebut, dan menuduh mereka menabrak pasukan paramiliter dengan konvoi kendaraan.
Zulfikar Bukhari, juru bicara Pakistan Tehreek-e-Insaaf (PTI) yang dipimpin Khan, mengatakan dua pengunjuk rasa juga tewas dan 30 orang terluka dalam bentrokan itu.
Salah satu pengunjuk rasa ditembak mati dan yang lainnya ditabrak kendaraan, kata Bukhari.
Pihak berwenang tidak menanggapi pertanyaan yang berusaha mengkonfirmasi kematian tersebut. Reuters tidak dapat memverifikasi informasi tersebut secara independen.
"Ini bukan protes damai. Ini ekstremisme," kata Sharif dilansir Reuters, Selasa, 26 November.
Sharif mengatakan kekerasan tersebut mendorong lembaga penegak hukum ke “batas pengekangan”.
BACA JUGA:
Amnesty International mengatakan pemerintah harus sepenuhnya melindungi hak-hak para pengunjuk rasa dan segera membatalkan perintah “tembak di tempat” yang menurut mereka memberikan kekuasaan yang tidak semestinya dan berlebihan kepada militer.
Dalam postingan di X dari penjara, Khan, 72 tahun, mengatakan pesannya kepada para pendukungnya untuk berjuang sampai akhir.
“Kami tidak akan mundur sampai tuntutan kami dipenuhi,” katanya, seraya menuduh pasukan keamanan menembaki pekerja partai yang melakukan aksi damai.
“Semua warga Pakistan yang melakukan protes tetap damai, bersatu dan berdiri teguh sampai tuntutan kami dipenuhi – ini adalah perjuangan untuk kelangsungan hidup Pakistan dan kebebasan sejati,” katanya.