Bagikan:

JAKARTA - Presiden Volodymyr Zelensky dalam unggahannya di media sosial menuliskan, penembakan rudal baru oleh Rusia menandakan negara itu tidak menginginkan perdamaian, menyerukan dunia harus merespons.

Dalam unggahannya Presiden Zelensky menuliskan, penggunaan rudal baru merupakan langkah kedua Rusia untuk meningkatkan dan memperluas perang, setelah pengerahan sedikitnya 11.000 tentara Korea Utara di medan perang.

"Putin telah mengambil kedua langkah ini sambil mengabaikan semua orang di dunia yang menyerukan agar tidak ada perluasan perang," cuitnya di media sosial X, seperti dikutip Jumat 22 November.

"Penggunaan rudal balistik terhadap Ukraina hari ini merupakan bukti lebih lanjut bahwa Rusia tidak tertarik pada perdamaian," lanjutnya.

Diberitakan sebelumnya, Rusia menembakan rudal balistik ke Dnipro, menghantam target militer Ukraina pada Hari Kamis, usai Amerika Serikat dan Inggris mengizinkan Ukraina menyerang Rusia dengan senjata Barat

Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam pidato yang disiarkan di televisi, mengatakan Moskow menyerang fasilitas militer Ukraina dengan rudal balistik hipersonik jarak menengah baru yang dikenal sebagai "Oreshnik", memperingatkan lebih banyak lagi yang akan menyusul, dikutip dari Reuters.

"Rusia menghantam sebuah pabrik kedirgantaraan Ukraina bernama Yuzhmash dengan rudal balistik hipersonik yang membawa hulu ledak non-nuklir," kata Presiden Putin, dikutip dari TASS.

Angkatan Udara Ukraina mengatakan rudal itu menargetkan Dnipro di Ukraina tengah-timur dan ditembakkan dari wilayah Astrakhan Rusia, lebih dari 700 km (435 mil) jauhnya.

Rusia juga menembakkan rudal hipersonik Kinzhal dan tujuh rudal jelajah Kh-101, enam di antaranya ditembak jatuh, kata angkatan udara Ukraina.

"Dunia harus merespons. Saat ini, tidak ada reaksi keras dari dunia," seru Presiden Zelensky.

"Putin harus merasakan akibat dari ambisinya yang gila. Respons diperlukan. Tekanan diperlukan. Rusia harus dipaksa untuk mencapai perdamaian sejati, yang hanya dapat dicapai melalui kekuatan," tandasnya.

Serangan itu menargetkan perusahaan dan infrastruktur penting di Dnipro, kata angkatan udara Ukraina.

Diketahui, Dnipro adalah pusat pembuatan rudal di era Soviet. Ukraina telah memperluas industri militernya selama perang tetapi merahasiakan keberadaannya.