Bagikan:

JAKARTA - Indonesia kaya akan suku dan adat istiadat. Salah satunya suku Minangkabau. Suku yang berasal dari Sumatra Barat ini punya kebudayaan yang kental. Adat istiadatnya juga selalu dipegang teguh, meski kehidupan mengharuskan mereka merantau ke luar dari daerahnya.

Suku minang juga memiliki keunikan dibanding dengan suku lain. Jika umumnya garis keturunan diambil dari ayah, namun di Minang garis keturunan yang dipakai adalah garis keturunan dari ibu atau matrilineal. Ironinya, di balik kayanya budaya yang dimiliki suku ini, anak-anak mudanya tidak tertarik untuk mempelajari budaya leluhur mereka.

Perkembangan zaman yang begitu pesat, membuat anak-anak muda kurang mencintai budaya. Melihat kondisi ini, tokoh-tokoh Minang mulai berpikir mencari cara untuk meningkatkan rasa cinta anak muda terhadap tanah kelahiran orang tuanya.

Pembina Minang Diaspora Network Global (MDN-G) Fasli Jalal mmengatakan pihaknya bersama dengan tokoh Minang lain yakni Astri Ashabi membuat program dialog langsung dengan anak-anak muda. Tujuan dari program ini untuk meningkatkan rasa bangga terjadap budaya Minang dalam diri anak-anak muda.

"Salah satu yang mengharukan saya adalah upaya Bu Astri dengan teman-temannya meminangkan anak-anak muda, anak mereka yang setiap libur ibunya mau pulang ke Sumatera Barat, anaknya mau ke Bali, Singapura. (Mereka menolak) untuk apa berminang-minang, pokoknya tidak ada kebanggan mereka untuk berminang-minang ini," tuturnya dalam diskusi virtual, Sabtu, 10 April.

Fasli mengatakan program dialog langsung ini dikuti oleh anak muda mulai dari kelas III sekolah menengah pertama (SMP) hingga perguruan tinggi. Dalam dialog tesebut, anak-anak muda dipersilakan untuk bertanya apapun yang merek ingin ketahui tentang Minangkabau.

"Kita buat bersama mereka, apa yang mereka ingin ketahui tentang Minang, buku-buku kita berikan, kita membuat dialog dengan mereka. Akhirnya mereka membuat program 'Pulang Basamo' dengan cara mereka. Kita hanya mendampingi saja," ucapnya.

Selama menjalani program 'Pulang Basamo' atau pulang bersama, kata Fasli, anak-anak keturunan Minang ini dipertemukan dengan pemuda dan pemudi di Sumatera Barat, bertemu dengan pejabat setempat hingga mengunjungi istana dan segala sejarahnya.

"Dua minggu mereka melakukan itu, saya hadir di malam terkahir acaranya. Menangis saya mendengar mereka mengatakan betapa bangganya mereka menjadi orang Minang," jelasnya.

Fasli mengatakan program yang berlangsung selama dua pekan terbukti mampu menumbuhkan rasa cinta dan bangga anak-anak keturunan Minang terhadap budaya leluhurnya.

"Dengan sebuah program yang hanya dua minggu (mampu merubah sudut pandang mereka), yang dulu ibu bapaknya payah (susah) membawa pulang kampung, tidak mau, itu acara mamah, mamah saja bernostalgia, kami tidak mau. Kami mau ke Singapura," tuturnya.

Lebih lanjut, Fasli berharap program seperti ini dapat diikuti oleh keluarga Minang yang merantau baik yang berbada pulau maupun negara.

"Mudah-mudahan ini diikuti keluarga lain. Ada keluarga dari Australi, Malaysia, yang berpikir untuk membuat program serupa," ucapnya.