JAKARTA - Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) mengambil alih pengelolaan Taman Mini Indonesia Indonesia Indah (TMII) yang selama ini dikelola oleh Yayasan Harapan Kita. Ke depan, kawasan ini bakal dikelola semaksimal mungkin bahkan akan dioptimalkan agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
Kemensetneg mengambil alih kawasan wisata yang memiliki luas 150 hektare adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang jadi dasar hal ini terjadi.
"Intinya penguasaan dan pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah dilakukan oleh Kemensetneg dan berarti ini juga berhenti pula pengelolaan yang selama ini dilakukan oleh Yayasan Harapan Kita," kata Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Pratikno dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Rabu, 7 April.
Sebelum keputusan ini diambil, pihaknya telah melakukan pembahasan dalam waktu yang tidak singkat dang mendengarkan rekomendasi dari berbagai pihak. Salah satunya, rekomendasi Badan Pemerika Keuangan (BPK).
Dia juga menyebut, setelah 44 tahun dikelola oleh yayasan yang diurus oleh anak Presiden ke-2 RI Soeharto, kini pemerintah punya kewajiban untuk melakukan penataan. Sehingga ke depan, kawasan ini bakal memiliki manfaat yang bisa dirasakan oleh banyak masyarakat.
"Jadi Yayasan Harapan Kita ini sudah hampir 44 tahun mengelola milik negara ini, yang tercatat di Kementerian Sekretariat Negara dan kami berkewajiban untuk melakukan penataan," ujarnya.
Ke depan bakal jadi apa?
Pratikno memaparkan sudah ada beberapa rencana yang akan diwujudkan setelah kepengelolaan TMII ini berpindah tangan. Ada beberapa hal yang disebutnya, mulai dari taman bermain bertaraf internasional hingga sarana edukasi.
"Kami akan tetap berkomitmen bahwa kawasan ini menjadi pelestarian dan pengembangan budaya Bangsa. Sarana edukasi yang bermatra budaya nusantara sebagaimana yang selama ini sudah dijalankan tapi perlu dioptimalkan, bisa menjadi kawasan on-theme park yang berstandar internasional," jelasnya.
Tak cukup itu saja, ke depannya, TMII juga akan dikelola sehingga bisa menjadi fasilitas untuk mengembangkan inovasi anak muda. "Kami juga berpikiran untuk menggunakan fasilitas yang ada menjadi pusat inovasi para generasi muda di era revolusi Industri 4.0 sekarang ini," ungkap Pratikno.
Nasib pegawai TMII
Walaupun akan dalam masa transisi pengelolaan dari Yayasan Harapan Kita ke Kemensetneg, namun Pratikno meminta para pegawai TMII untuk khawatir. Dia meminta para pekerja yang menggantungkan diri di kawasan tersebut tetap bekerja seperti biasanya.
Tak hanya itu, Pratikno juga menjamin para pekerja juga bakal mendapatkan hak mereka seperti gaji dan fasilitas seperti biasanya dan tidak ada yang berubah.
"Para staf tetap bekerja seperti biasa, tetap mendapatkan hak keuangan dan fasilitas tetap seperti biasa," tegasnya.
"Jadi tidak tidak ada yang berubah dan nanti tentu saja kita juga berkomitmen untuk tim transisi memberi tugas bagaimana memikirkan inovasi manajemen yang lebih baik dan memberikan kesejahteraan yang lebih baik kepada para stafnya," imbuh Pratikno.
BACA JUGA:
TMII dibangun pada 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975. Saat itu, kawasan ini dikelola di bawah Yayasan Harapan Kita dengan istri Presiden Soeharto, Siti Hartinah atau Tien Soeharto sebagai ketuanya.
Adapun keinginan itu muncul di tahun 1970-an. Waktu itu, Bu Tien menemani Soeharto ke Amerika Serikat dan salah satu agendanya adalah mengunjungi Disneyland yang terletak di California.
Bu Tien tengah menikmati sejumlah wahana kreasi dan keinginan memiliki Disneyland di Jakarta terbersit. Tapi, sebagaimana ditulis dalam memorandum Masalah Proyek Miniatur Indonesia Indah yang dibahas dalam Sidang DPR 1971/1972, Bu Tien ingin TMII lebih lengkap seara spiritual dan material.
Dikutip dari situs Kemdikbud, konsep dasar tentang TMII di kepala Bu Tien adalah agar TMII jadi miniatur dari Indonesia dengan seluruh kekayaannya. Bu Tien ingin kebanggaan akan Indonesia tumbuh di dada setiap warga.
Sepeninggalan Bu Tien, Yayasan Harapan Kita ini kemudian 'diwariskan' ke anak dan menantunya. Menjabat sebagai pembina adalah anak ketiga Presiden Soeharto, Bambang Trihatmojo.
Kemudian duduk sebagai ketua umum adalah Siti Hardiyanti Indra Rukmana yang merupakan anak pertama Presiden Soeharto. Selanjutnya, sebagai ketua adalah anak kedua Presiden Soeharto Sigit Harjojudanto, dan wakil bendahara dijabat oleh menantu Presiden Soeharto yang juga suami Siti Hardiyanti, Indra Rukmana.