JAKARTA - Setidaknya satu anak terbunuh dan 10 orang terluka setiap hari di Lebanon sejak 4 Oktober.
Hal ini disampaikan UNICEF dalam pernyataan pada Kamis, 31 Oktober, ketika Israel melanjutkan operasi militernya di Lebanon.
Banyak anak-anak lain, meskipun tidak terluka secara fisik, sangat trauma dengan kekerasan tersebut. UNICEF menyebut banyak dari mereka menunjukkan tanda-tanda tekanan emosional yang parah, termasuk kecemasan akan perpisahan, penarikan diri, agresi dan masalah konsentrasi.
Dilaporkan juga anak-anak menderita gangguan tidur, mimpi buruk, sakit kepala, dan kehilangan nafsu makan. Tanpa stabilitas sekolah, mereka kekurangan ruang untuk bermain, belajar, dan memulihkan diri, tambahnya.
Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mendesak gencatan senjata segera dilakukan untuk melindungi anak-anak.
“Perang yang sedang berlangsung di Lebanon berdampak buruk pada kehidupan anak-anak, dan dalam banyak kasus, menimbulkan luka fisik yang parah dan luka emosional yang mendalam,” kata Russell dilansir CNN.
BACA JUGA:
“Perang menghancurkan lingkungan aman dan pengasuhan yang dibutuhkan anak-anak. Ketika anak-anak terpaksa menanggung stres traumatis dalam jangka waktu lama, mereka menghadapi risiko kesehatan dan psikologis yang parah, dan konsekuensinya dapat berlangsung seumur hidup,” imbuhnya.
Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon mengatakan 166 anak tewas dan 1.168 terluka sejak Oktober tahun lalu.