Bagikan:

JAKARTA - Seorang pejabat tinggi kelompok Palestina Hamas dilaporkan mengindikasikan kelompoknya terbuka terhadap kesepakatan dengan Israel, saat perundingan yang bertujuan untuk mengakhiri perang dan membebaskan sandera dimulai kembali di Doha, Qatar.

Husam Badran, anggota senior biro politik Hamas yang berbasis di Qatar mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dimuat oleh kantor berita Pro-Hamas Shehab, kesepakatan mungkin saja terjadi.

"Tuntutan kami jelas dan diketahui, dan kesepakatan dapat dicapai, asalkan (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu tetap berkomitmen pada apa yang telah disepakati," kata Badran, dikutip dari The Times of Israel 28 Oktober.

Tidak jelas apakah komentar Badran merupakan reaksi terhadap usulan Mesir untuk gencatan senjata dua hari di Gaza guna menukar empat sandera Israel dengan beberapa tahanan Palestina, diikuti dengan perundingan selama 10 hari.

Diberitakan sebelumnya, Pemimpin Mesir Abdel Fattah al-Sisi membuat pengumuman tersebut saat upaya untuk meredakan perang yang telah berlangsung lebih dari setahun itu dilanjutkan di Qatar, dengan melibatkan Direktur CIA dan badan intelijen Israel Mossad.

Berbicara bersama Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune selama konferensi pers di Kairo, Presiden Sisi juga mengatakan pembicaraan harus dilanjutkan dalam waktu 10 hari setelah penerapan gencatan senjata sementara dalam upaya untuk mencapai gencatan senjata permanen, melansir Reuters.

Stasiun berita Arab Saudi Al Arabiya melaporkan sebelumnya, Hamas bersedia menerima usulan Mesir asalkan dimasukkan ke dalam tuntutannya pada 2 Juli untuk kesepakatan sandera.

Hamas juga mencari jaminan Israel akan berkomitmen pada usulan Mesir, sebagai bagian dari kesepakatan komprehensif.

Sumber-sumber Hamas juga mengatakan kepada saluran Saudi Asharq News, kelompok itu lebih menyukai kesepakatan yang komprehensif ketimbang kesepakatan sepotong-sepotong.

Israel sendiri diketahui mengatakan perang tidak akan berakhir sampai Hamas dibasmi sebagai kekuatan militer dan entitas pemerintahan di Gaza.

Bersama dengan Amerika Serikat dan Qatar, Mesir telah memelopori negosiasi untuk mengakhiri perang yang meletus setelah pejuang Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.

Sementara, otoritas Gaza menyebutkan, jumlah korban tewas Palestina hingga Hari Minggu telah mencapai 42.847 orang, sementara sekitar 100.544 lainnya luka-luka, dikutip dari WAFA.