AS, Qatar dan Mesir Cari Formula Akhir untuk Wujudkan Gencatan Senjata Konflik Hamas-Israel
Menlu Blinken bersama Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi. (Twitter/@SecBlinken)

Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat, Qatar dan Mesir tengah bekerja menyiapkan dorongan diplomatik untuk menjembatani perbedaan Hamas dengan Israel, guna mewujudkan gencatan senjata konflik di Gaza, setelah kelompok militan Palestina menanggapi proposal untuk memperpanjang jeda pertempuran dan pembebasan sandera.

Hamas pada Hari Selasa membalas kerangka kerja yang dibuat lebih dari seminggu yang lalu oleh kepala mata-mata AS dan Israel pada pertemuan di Paris dengan Mesir dan Qatar.

Rincian tanggapannya tidak diungkapkan. Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan pada Hari Selasa bahwa mereka merespons "dengan semangat positif, memastikan gencatan senjata yang komprehensif dan lengkap, mengakhiri agresi terhadap rakyat kami, memastikan bantuan, perlindungan dan rekonstruksi, mencabut pengepungan di Jalur Gaza serta mencapai pertukaran tahanan," melansir Reuters 7 Februari.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dalam kunjungan kilatnya ke Timur Tengah, mengatakan dia akan membahas tanggapan Hamas dengan para pejabat Israel ketika dia mengunjungi negara itu pada Hari Rabu.

Menlu Blinken mengawali kunjungannya dengan menyambangi Arab Saudi, kemudian berturut-turut ke Mesir dan Qatar, sebelum ke Israel dan terakhir ke Tepi Barat (Palestina).

Di Doha, Blinken berkata, "Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, namun kami tetap yakin bahwa kesepakatan dapat dicapai dan memang penting."

Qatar menggambarkan tanggapan Hamas secara keseluruhan "positif", sementara sumber keamanan Mesir mengatakan kepada Reuters, Hamas menunjukkan fleksibilitas.

"Kami akan membahas semua rincian kerangka yang diusulkan dengan pihak-pihak terkait untuk mencapai kesepakatan mengenai formula akhir sesegera mungkin," kata Diaa Rashwan, kepala Layanan Informasi Negara Mesir.

Terpisah, sumber-sumber yang dekat dengan perundingan mengatakan gencatan senjata akan berlangsung setidaknya selama 40 hari, di mana para militan akan membebaskan warga sipil di antara sisa sandera yang mereka sandera.

Tahap selanjutnya akan menyusul, yaitu penyerahan tentara dan mayat sandera, sebagai imbalan atas pembebasan warga Palestina yang dipenjarakan di Israel.

Gencatan senjata tersebut juga akan meningkatkan aliran makanan dan bantuan lainnya kepada warga sipil Gaza, yang dilanda keputusasaan serta menghadapi kelaparan dan kekurangan pasokan bahan pokok.

Di Amerika Serikat, Presiden Joe Biden mengatakan tanggapan Hamas menunjukkan "beberapa gerakan" menuju kesepakatan. Namun, tidak jelas apakah Hamas atau Israel bersedia melunakkan posisi garis keras mereka untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Seorang pejabat Hamas yang meminta untuk tidak disebutkan namanya menegaskan kepada Reuters pada Hari Selasa, kelompoknya tidak akan mengizinkan pembebasan sandera tanpa jaminan perang akan berakhir dan pasukan Israel meninggalkan Gaza.

Di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan Israel tidak akan mengakhiri kampanyenya di Gaza sampai Hamas dimusnahkan dan mengesampingkan pembentukan negara Palestina.