Faskes di NTT Kekurangan Dokter dan Alat Tangani Pasien Patah Tulang
Kondisi NTT usai bencana (DOK ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyebut fasilitas kesehatan di wilayah terdampak bencana banjir bandang di Nusa Tenggara Timur (NTT) tersedia. Namun ada masalah lain yang dihadapi yakni kurangnya tenaga dokter.

"Fasilitas kesehatan di hampir semua tempat tersedia walaupun tenaga dokter masih terbatas," kata Doni Monardo dalam konferensi pers secara daring yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, 6 April.

Untuk menyelesaikan masalah ini, Kementerian Kesehatan melalui Pusat Krisis Kesehatan telah berkoordinasi dan mendatangkan dokter dari sejumlah provinsi. "Termasuk dari Sulawesi Selatan dan Jawa Timur," ungkapnya.

Sementara untuk obat-obatan, Doni menyebut ketersediaannya masih terpenuhi. Hanya saja, saat ini, fasilitas kesehatan tersebut membutuhkan alat untuk merawat pasien patah tulang dan hal ini sedang diusahakan.

"Ini masih berkoordinasi untuk segera didatangkan dari Jakarta, Surabaya, dan Makassar," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, BNPB melaporkan sebanyak 128 orang meninggal dunia akibat bencana alam berupa banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur. 

"Total warga meninggal dunia berjumlah 128 warga meninggal dunia selama cuaca ekstrem berlangsung di beberapa wilayah tersebut, dengan rincian Kabupaten Lembata 67 orang, Flores Timur 49, dan Alor 12," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan tertulis, Selasa, 6 April.

BNPB menyebut cuaca ekstrem dampak siklon tropis Seroja masih berpotensi terjadi di kawasan NTT dalam beberapa hari ke depan. 

Raditya mengatakan, bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di NTT pada Minggu, sekitar pukul 01.00 WITA, juga mengakibatkan sekitar 8.000 warga mengungsi.

Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Senin, 5 April, pukul 23.00 WIB, sebanyak 2.019 Kepala Keluarga (KK) atau 8.424 warga mengungsi, dan 1.083 KK atau 2.683 warga lainnya terdampak.

"Pemerintah daerah terus memutakhirkan data dari kaji cepat di lapangan. Warga yang mengungsi tersebar di lima kabupaten di wilayah Provinsi NTT," kata dia. 

Menurut data BNPB, pengungsian terbesar diidentifikasi berada di Kabupaten Sumba Timur dengan jumlah 7.212 orang atau 1.803 KK, Lembata 958 orang, Rote Ndao 672 orang atau 153 KK, Sumba Barat 284 orang atau 63 KK dan Flores Timur 256 orang.

Selain itu, siklon tropis ini juga berdampak pada 8 wilayah administrasi kabupaten dan kota. Ke-8 wilayah itu adalah Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembata, Ngada, Sumba Barat, Sumba Timur, Rote Ndao dan Alor.