JAKARTA - Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh tidak mengkhawatirkan pengiriman sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) dari Amerika Serikat untuk Israel, mengatakan itu bagian dari perang psikologis.
"THAAD bukanlah masalah baru," katanya, manambahkan itu dianggap sebagai bagian dari perang psikologis Israel terhadap Iran, seperti dikutip dari IRNA 16 Oktober.
Sebelumnya, AS mengumumkan akan mengirimkan sistem antirudal canggih dan sejumlah pasukan ke Israel yang tengah bersiap melakukan balasan terhadap Iran.
Keputusan tersebut diumumkan hanya beberapa jam sebelum serangan pesawat tak berawak Hizbullah ke pangkalan Israel menewaskan empat tentara dan melukai 61 orang lainnya tanpa memicu peringatan.
"THAAD bukan sisten antibalistik. Ini bukan sesuatu yang baru dan telah ada sebelumnya," katanya seperti melansir Mehr.
THAAD biasanya membutuhkan sekitar 100 tentara untuk beroperasi, dan memiliki enam peluncur yang dipasang di truk, dengan delapan pencegat di setiap peluncur, serta radar yang kuat. Sistem ini mampu mencegat rudal balistik pada jarak 100 hingga 125 mil.
Pensiunan Brigjen Zvika Haimovich, mantan kepala Pertahanan Udara Israel mengatakan, negara itu memperkirakan akan ada rentetan rudal yang lebih besar lagi dari Iran pada "tahap berikutnya", setelah Teheran menembakkan lebih dari 180 rudal ke Israel pada tanggal 1 Oktober.
Dia mengatakan Israel membutuhkan THAAD serta sistem pertahanan Iron Dome miliknya, untuk menghadapi serangan apa pun, dan penghalang terbaru dalam pertahanan Israel ini akan tiba ketika negara itu mempertimbangkan tanggapannya terhadap serangan Iran.
BACA JUGA:
"Anda selalu membutuhkan lebih banyak kekuatan," kata Haimovich kepada NBC News.
Di Teheran, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, menanggapi berita tentang THAAD memperingatkan, AS menempatkan nyawa pasukannya "dalam risiko" dengan mengerahkan mereka untuk mengoperasikan sistem rudal di Israel, dikutip dari Reuters.
"Meskipun kami telah melakukan upaya luar biasa dalam beberapa hari terakhir untuk menahan perang habis-habisan di wilayah kami, saya katakan dengan jelas bahwa kami tidak memiliki batasan dalam membela rakyat dan kepentingan kami," tulis Menlu Araqchi di X.