JAKARTA - Baghdad di Irak kini mengklaim sebagai objek wisata bersejarah setelah puluhan tahun dilanda perang, serangan udara, aksi bunuh diri hingga teror bom mobil.
Seorang profesor bernama Muaffaq Al-Tai, 83, dan mahasiswa arsitektur, Abdullah Imad, 23, menjadi di antara sosok yang memulainya. Keduanya memfasilitasi wisata jalan kaki menyusuri kawasan-kawasan bersejarah di Baghdad.
"Kami ingin menunjukkan kepada publik apa yang ditawarkan Baghdad dalam hal arsitektur Islam, nilai, dan identitasnya," kata Imad, dikutip dari Arab News, Minggu 12 Oktober.
Wisatawan diajak menelusuri Istana Abbasiyah dihiasi relief arabesque yang telah berusia 800 tahun hingga
Benteng Bab Al-Wastani abad ke-12.
Seorang arsitek lokal, Fatima Al-Moqdad, 28, mengatakan minat warga Irak terhadap pelestarian warisan sejarah ini menjadi sumber harapan baru untuk perubahan positif identitas negara tersebut setelah hadapi konflik selama puluhan tahun.
“Saat anak muda berselancar di internet, mereka melihat bagaimana bangsa lain menjaga warisan mereka. Mereka menginginkan dan berhak mendapatkan hal yang sama,” tutur Fatima.
Stabilitas keamanan yang mengendur di Irak sejak kelompok militan Daesh atau ISIL hancur pada 2017, memungkinkan Baghdad fokus pada sejarah dan budaya sebagai ibu kota Irak.