JAKARTA - Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3 kena cecar seorang ibu-ibu pedagang kaki lima (PKL) yang biasa berdagang di kawasan Kota Tua. Hal ini terjadi saat Pramono blusukan di Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat.
Awalnya, Pramono mempersilakan warga untuk mengajukan aspirasi saat sesi dialog. Seorang ibu bernama Lilis bercerita kepada Pramono, dirinya sekarang sulit untuk menjajakan dagangannya.
"Pak tolonglah saya pedagang Kota Tua, saya mewakili seluruh pedagang Kota Tua Saya mau tanya, apa benar di Kota Tua sudah tidak boleh lagi berjualan?" tanya Lilis kepada Pramono, Kamis, 10 Oktober.
Lilis mengeluhkan, dirinya dan PKL lain kerap diusir dan dilarang untuk berjualan oleh petugas Satpol PP di sekitar kawasan wisata tersebut. Lilis Heran, mengapa dirinya seolah disulitkan dalam mencari nafkah.
"Saya bilang, katanya Pak Gubernur ingin membuat rakyatnya menjadi sejahtera. Tapi kenapa selama ini saya berjuang untuk anak saya, untuk pendidikan anak saya, untuk kehidupan saya, selalu digusur dan digusur, Pak?" cecar Lilis.
Merespons hal tersebut, Pramono menilai pedagang tetap perlu diberi ruang untuk menjajakan dagangannya. Jika memang harus ditertibkan, menurutnya, tidak perlu sampai digusur.
"Bagaimana menata PKL tetap bisa dikasihkan ruang bekerja, tetapi dirapihkan, bukan digusur, bukan dijauhkan, karena ini menjadi mata pencarian utama untuk hidup, bukan untuk bermewah-mewah, untuk hidup saja," ujar Pramono.
BACA JUGA:
Lilis pun mengamini pernyataan Pramono. Namun, Lilis mencecar akankah Pramono bisa konsisten dengan pernyataannya. Sebab, dalam kegiatan penertiban, Lilis selalu dihadapkan pada petugas yang sulit diajak berkompromi.
"Ini Bapak yang bicara. Tapi bawahan, Satpol PP, semua pada bilang 'ini putusan gubernur, putusan camat'," sambar Lilis.
Usai dicecar, Pramono menepuk bahu Lilis, "Saya belum jadi gubernur sudah diomelin," tutur Pramono disambut tawa warga yang menyimak.
Kepada Lilis, Pramono berjanji akan melakukan penataan PKL dengan baik tanpa mengusir secara paksa. Namun, Pramono juga berpesan agar pada pedagang bisa kooperatif.
"Kita tata dengan baik, tapi tidak boleh kemudian yang namanya PKL-PKL itu membuat tidak tertibnya dan mengganggu secara keseluruhan. Saya yakin orang seperti Ibu, pasti akan tertib. Karena apa? Itu untuk kehidupan, bukan untuk yang lain," tutup Pramono.