JAKARTA - Amerika Serikat tidak ingin pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon berada dalam bahaya dengan cara apa pun, termasuk diserang oleh Israel, kata Departemen Luar Negeri pada Hari Senin, menambahkan misi tersebut memainkan peran penting dalam membangun keamanan di negara tersebut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan, AS menilai operasi darat Israel di Lebanon sejauh ini terus dibatasi, karena pasukan Israel tampak siap untuk memperluas serangan darat ke Lebanon selatan saat perang di Gaza genap setahun.
Miller mengatakan, Washington telah menjelaskan kepada Israel, mereka ingin agar jalan menuju bandara Beirut terus dioperasikan.
"Kami tidak ingin melihat pasukan UNIFIL berada dalam bahaya dengan cara apa pun. Pasukan UNIFIL memainkan peran penting dalam membangun keamanan di Lebanon," kata Miller kepada wartawan Hari Senin, melansir Reuters 8 Oktober.
Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) mengatakan dalam pernyataan pada Hari Minggu, mereka sangat prihatin dengan apa yang disebutnya "aktivitas terkini" Israel yang berdekatan dengan posisi misi tersebut di Lebanon.
Misi tersebut diamanatkan oleh Dewan Keamanan untuk membantu tentara Lebanon menjaga wilayah tersebut bebas dari senjata dan personel bersenjata selain dari negara Lebanon. Hal itu telah memicu ketegangan dengan Hizbullah, yang secara efektif mengendalikan Lebanon selatan.
Sebelumnya, militer Israel meminta pasukan penjaga perdamaian PBB minggu lalu untuk bersiap pindah lebih dari 5 km (3 mil) dari perbatasan antara Israel dan Lebanon, yang dikenal sebagai Blue Line, "sesegera mungkin, untuk menjaga keselamatan Anda," menurut kutipan dari pesan tersebut, yang dilihat oleh Reuters.
Kamis pekan lalu, kepala pasukan penjaga perdamaian PBB mengatakan, anggota misi tetap berada di tempat dan menyediakan satu-satunya jalur komunikasi antara militer kedua negara.
BACA JUGA:
Diketahui, fokus perang semakin bergeser ke utara ke Lebanon, tempat pasukan Israel saling tembak dengan Hizbullah sejak kelompok yang didukung Iran itu meluncurkan rentetan rudal untuk mendukung Hamas pada 8 Oktober.
Serangan Israel, yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dalam dua minggu terakhir, telah memicu pengungsian massal dari Lebanon selatan, tempat lebih dari 1 juta orang mengungsi.