Bagikan:

JAKARTA - Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung, kembali mengadakan pertemuan dengan warga untuk belanja masalah di Kelurahan Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Selatan.

Sebelum Pramono tiba di lokasi, sejumlah warga sudah berkumpul menunggu kedatangan calon gubernur usungan PDIP dan Hanura tersebut.

Tim pemenangan turut membagikan kaos untuk dipakai warga. Kaos tersebut bergambar Pramono dan Rano Karno, serta tercantum angka 3 sebagai nomor urut paslon, dan tagar #JakartaMenyala yang merupakan slogan kampanye mereka.

Jelang dimulainya acara, tampak beberapa anak-anak masuk dalam lokasi kegiatan. Bahkan, ada segelintir anak-anak yang dikenakan kaos untuk para pendukung Pramono-Rano.

Seraya, panitia pengawas kecamatan (panwascam) Bawaslu yang bertugas memantau kegiatan kampanye Pramono di lokasi itu langsung menegur orang tua sang anak dan meminta agar kaos itu segera dilepas sebelum acara dimulai.

Merespons hal tersebut, Pramono mengaku telah meminta kepada tim sukses (timses) untuk sebisa mungkin menjaga agar anak-anak tak dilibatkan selama kegiatan kampanye Pilkada Jakarta.

"Saya selalu meminta untuk jangan ada pelanggaran, ya. Juga anak anak yang kecil-kecil, saya sudah minta pada tim untuk tidak banyak dilibatkan dalam kampanye ini," ucap Pramono di Duri Kepa, Jakarta Barat, Senin, 7 Oktober.

Jika merujuk pada Pasal 15 Ayat a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahyn 2002 tentang Perlindungan Anak, disebutkan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik.

Sehingga, jelas bahwa anak-anak tak boleh dilibatkan dalam kegiatan kampanye. Hanya saja, Pramono mengaku tak semudah itu menghindari kedatangan anak-anak yang dibawa orang tuanya dalam kegiatannya kampanye.

"Kan memang tidak bisa dihindari, ibu-ibu datang membawa anaknya karena mereka juga anaknya, masih kecil, enggak bisa ditinggal di rumah. Tetapi kan anak-anak ini rata-rata belum mengerti apa-apa lah," urai Pramono.

"Tetapi kan sekarang yang seperti ini bukan hard campaign seperti dulu. Ini soft campaign, bagian dari pendidikan politik, apa yang menjadi masalah, dan sebagainya," tambahnya.