Bagikan:

JAKARTA - Kardinal Ignatius Suharyo memimpin misa Jumat Agung pada Jumat, 2 April petang tadi. Misa dilakukan di Gereja Katedral Jakarta dengan jumlah umat yang dibatasi. Dalam misa, Kardinal Ignatius didampingi 3 orang imam (pastor).

Saat homili, Uskup Keuskupan Jakarta ini mengajak umat katolik untuk merenungkan kisah sengsara Yesus saat disalib. Buah dari permenungan itu hendaknya menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga atau komunitas.

"Di hadapan Yesus yang tersalib kita tidak perlu mengatakan apa-apa, tidak perlu merenungkan apa-apa. Cukup kalau kita tundukkan kepala, mengucap syukur atas kasihnya yang tak terbatas sambil memohon semoga buah-buah salib dapat kita terima,  kita pribadi, keluarga-keluarga dan komunitas kita,' ucap Kardinal Ignatius yang ditayangkan kanal Youtube Komsos Katedral Jakarta.

Umat Kristiani sangat senang dengan merenungkan kisah sengsara Yesus. Sebab, dengan merenungkan kisah ini, umat Kristiani dapat merasakan betapa besar dan tak terbatasnya kasih Allah kepada manusia yang berdosa.

"Kedua, dengan merenungkan kisah ini umat Kristiani dapat menemukan makna dari pengalamannya sendiri," ucap Kardinal Ignatius.

Seperti yang dialami oleh para rasul --pengikut Yesus-- ketika disidang oleh Mahkamah Agama. Alih-alih marah, para rasul justru gembira karena mereka dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus.

"Menderita dihina karena Yesus adalah suatu anugerah. Rasul Paulus juga menuliskan hal yang serupa 'sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu dan menggenapkan di dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus,"

"Untuk tubuhnya yaitu gereja kita berharap kita pun dapat menemukan pengalaman-pengalaman hidup kita lewat sengsara Yesus," ucap Kardinal.

Makna lain yang dapat kita timba dalam kisah sengsara Yesus adalah kemanusiaan yang bermartabat.