Bagikan:

JAKARTA - Dalam sepekan, aksi teror terjadi di dua lokasi, yakni gereja katedral di Makassar, Sulawesi Selatan dan Mabes Polri, Jakarta Selatan.

Ketua DPR Puan Maharani meminta semua pihak mesti memantau konten di media sosial yang terindikasi bermuatan paham radikal.

Sebab, menurut dia, banyak pelaku teror yang terpapar paham radikalisme dan ekstremisme dari media daring yang bisa diakses oleh siapapun.

“Karena itu perlu ada literasi media sosial sekaligus pemantauan konten-konten sosial media yang mengandung materi-materi radikalis dan ekstremisme,” kata Puan dalam keterangan tertulis, Jumat, 2 April.

Puan menganggap edukasi kepada generasi muda juga harus terus dilakukan mengenai keberagaman bangsa Indonesia. Tujuannya untuk menguatkan jiwa toleransi dan persatuan sesama anak bangsa.

“Harus ada peningkatan edukasi kepada generasi muda terkait materi moderasi, toleransi, dan inklusifitas,” ungkap politikus PDI Perjuangan tersebut.

Puan menyatakan pemerintah maupun masyarakat mesti berupaya menguatkan ketahanan keluarga dan interaksi sosial di masyarakat untuk mencegah menyebarnya paham radikal dan menjadi benih lahirnya aksi radikal. 

Sebab, pelaku teror yang menyerang gereja katedral dan Mabes Polri adalah sepasang suami istri dan seorang perempuan yang masih muda.

“Ada pelaku teror dari kalangan muda, generasi milenial, dan keluarga, ini sangat mengkhawatirkan dan menyedihkan. Interaksi keluarga dan interaksi sosial warga dengan tetangga harus diperkuat dalam konsep ketahanan sosial masyarakat,” pungkasnya.