JAKARTA - Calon wakil presiden dari Partai Demokrat Tim Walz dan pesaingnya dari Partai Republik JD Vance menunjukkan kehangatan saat menutup debat, setelah beradu argumen dalam debat yang diadakan oleh CBS News di New York pada Selasa malam.
Kedua rival, yang saling menyerang dengan keras di jalur kampanye, sebagian besar menggunakan nada yang ramah.
Pertukaran pendapat yang paling menegangkan terjadi menjelang akhir debat, ketika Vance - yang mengatakan bahwa ia tidak akan memberikan suara untuk mengesahkan hasil pemilihan 2020 - menghindari pertanyaan tentang apakah ia akan menantang pemungutan suara tahun ini jika Trump kalah.
Walz menanggapi dengan menyalahkan klaim palsu Trump tentang kecurangan Pemilu karena memicu massa pada 6 Januari 2021 yang menyerang Gedung Capitol AS dalam upaya yang gagal untuk mencegah sertifikasi pemilihan Joe Biden tahun 2020.
"Dia masih mengatakan dia tidak kalah dalam pemilihan," kata Walz, sebelum beralih ke Vance, melansir Reuters 2 Oktober.
"Apakah dia kalah dalam pemilihan tahun 2020?" lanjutnya.
Vance kembali menghindari pertanyaan itu, alih-alih menuduh Harris melakukan penyensoran daring terhadap sudut pandang yang berlawanan.
"Itu adalah jawaban yang sangat tidak masuk akal," kata Walz.
Baik Walz (60) yang merupakan Gubernur Minnesota maupun Vance (40) yang merupakan senator konservatif dari Ohio, sama-sama menggambarkan diri mereka sebagai dua putra dari jantung Amerika di Midwest dengan pandangan yang sangat berlawanan tentang isu-isu yang mencengkeram negara tersebut.
Kedua rival tersebut masing-masing berusaha untuk memberikan pukulan telak pada debat terakhir yang tersisa sebelum pemilihan presiden tanggal 5 November, dengan memperdebatkan krisis Timur Tengah, imigrasi, pajak, aborsi, perubahan iklim, dan ekonomi.
Namun secara keseluruhan kedua pria tersebut tampak berniat untuk menunjukkan "kebaikan khas Midwest," saling berterima kasih bahkan saat mereka menyerang pasangan masing-masing dalam peran penyerang tradisional untuk kandidat wakil presiden.
Vance mempertanyakan mengapa Harris tidak berbuat lebih banyak untuk mengatasi inflasi, imigrasi, dan ekonomi saat bertugas di pemerintahan Presiden Joe Biden, dengan melancarkan serangan konsisten yang sering gagal disampaikan Donald Trump saat berdebat dengan Kamala Harris bulan lalu.
"Jika Kamala Harris memiliki rencana hebat untuk mengatasi masalah kelas menengah, maka dia harus melakukannya sekarang - bukan saat meminta promosi, tetapi dalam pekerjaan yang diberikan rakyat Amerika kepadanya tiga setengah tahun yang lalu," kata Vance.
Walz sendiri menggambarkan Trump sebagai pemimpin yang tidak stabil yang memprioritaskan miliarder dan membalikkan kritik Vance tentang isu imigrasi, menyerang Trump karena menekan Partai Republik di Kongres untuk membatalkan RUU keamanan perbatasan bipartisan awal tahun ini.
"Sebagian besar dari kita ingin menyelesaikan ini," kata Walz tentang imigrasi.
"Donald Trump punya waktu empat tahun untuk melakukan ini, dan dia berjanji kepada Anda, orang Amerika, betapa mudahnya hal itu," tandasnya.
Debat di CBS Broadcast Center di New York dimulai dengan meningkatnya krisis di Timur Tengah, setelah Israel melanjutkan serangannya ke Lebanon selatan pada Hari Selasa dan Iran melancarkan serangan rudal balasan terhadap Israel.
Walz mengatakan Trump terlalu "tidak menentu" dan simpatik kepada orang-orang kuat untuk dipercaya menangani konflik yang berkembang. Sementara Vance menegaskan, Trump telah membuat dunia lebih aman selama masa jabatannya.
Ketika ditanya apakah ia akan mendukung serangan pendahuluan terhadap Iran oleh Israel, Vance menyatakan ia akan tunduk pada penilaian Israel, sementara Walz tidak menjawab pertanyaan tersebut secara langsung.
Analis politik mengatakan debat wakil presiden pada umumnya tidak mengubah hasil pemilu. Meskipun demikian, bahkan sedikit perubahan dalam opini publik dapat terbukti menentukan dengan persaingan yang berada di ujung tanduk lima minggu sebelum Hari Pemilihan.
Meskipun Vance telah menulis "Hillbilly Elegy," memoar populer tahun 2016, para pemilih AS memiliki pandangan negatif terhadapnya, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos, dengan 51 persen pemilih terdaftar mengatakan mereka memandangnya tidak baik, dibandingkan dengan 39 persen yang memandangnya baik.
Sementara itu, Walz dipandang baik oleh 44 persen pemilih terdaftar, dengan 43 persen melaporkan pandangan tidak baik dalam jajak pendapat 20-23 September.
BACA JUGA:
Meskipun Harris unggul dalam jajak pendapat nasional, sebagian besar survei menunjukkan para pemilih masih terbagi rata di tujuh negara bagian yang akan menentukan hasil pemilihan pada Bulan November.
Hal menarik, Walz dan Vance tetap hangat meski tengah mengikuti kontestasi Pilpres AS. Keduanya bersalaman saat memulai debat. Setelah debat berakhir, keduanya kembali bersalaman.
Itu disusul dengan momen kehangatan lainnya, saat istri kedua kandidat, Usha Chilukuri Vance dan Gwen Walz menaiki panggung debat. Setelah menyalami pasangan masing-masing, kedua kandidat kemudian saling mengenalkan pasangannya dan keempatnya kemudian berbincang hangat sebelum meninggalkan panggung dan menyalami para moderator.