Bagikan:

JAKARTA - Garda Nasional membantah tuduhan calon wakil presiden pilihan Donald Trump dari Partai Republik JD Vance, yang mengatakan calon wakil presiden pilihan Kamala Harris dari Partai Demokrat, Tim Walz, meninggalkan Angkatan Darat sebelum Perang Irak.

Vance menuduh Walz meninggalkan batalionnya sebelum mereka dikirim ke Irak pada tahun 2005. Vance dan Walz dengan pasangan masing-masing akan bersaing dalam pemilihan presiden Amerika Serikat yang digelar 5 November mendatang.

"Ketika Korps Marinir Amerika Serikat, ketika Amerika Serikat, meminta saya untuk pergi ke Irak untuk mengabdi kepada negara saya, saya melakukannya," kata Vance dalam kampanye di Negara Bagian Pennsylvania pada Rabu malam, dilansir dari The National News 9 Agustus.

"Saya melakukan apa yang mereka minta, dan saya melakukannya dengan terhormat dan saya sangat bangga dengan pengabdian itu. Ketika Tim Walz diminta oleh negaranya untuk pergi ke Irak, Anda tahu apa yang dia lakukan? Dia keluar dari angkatan darat dan membiarkan unitnya pergi tanpa dia," sebut Vance.

Namun, Garda Nasional Minnesota memberi tahu The National, Walz pensiun setelah 24 tahun bertugas pada 16 Mei 2005, sekitar dua bulan sebelum batalion Artileri Medan ke-125 tempatnya berdinas menerima perintah siaga untuk berangkat ke Irak.

Kritik terhadap catatan militer Walz pertama kali muncul dalam surat tahun 2018 yang diunggah ke Facebook oleh pensiunan sersan mayor Thomas Behrends dan Paul Herr.

Mereka menuduh Gubernur Minnesota "mengkhianati negaranya" dan "membiarkan Batalion Artileri Medan ke-1-125 dan prajuritnya terkatung-katung".

Catatan yang dilihat oleh The National menunjukkan, Walz adalah veteran yang berprestasi. Ia memiliki pengalaman luas dalam artileri medan, termasuk sebagai kepala baterai penembakan dan sersan operasi, kata juru bicara Garda Nasional Minnesota Letnan Kolonel Kristen Auge.

Namun, ada beberapa elemen catatan militer Walz yang tampaknya telah dibesar-besarkannya dalam pidato politik sebelumnya.

Selama acara kampanye pada tahun 2018 untuk jabatan gubernur, ia menyiratkan ia telah membawa senjata api "dalam perang".

"Kita dapat meneliti dampak kekerasan senjata," kata Walz.

"Kita dapat memastikan senjata perang tersebut, yang saya bawa dalam perang, hanya dibawa dalam perang," lanjutnya.

Menurut catatan yang diberikan oleh Garda Nasional Minnesota, ia tidak pernah dikirim ke zona pertempuran. Pada Bulan Agustus 2003, Walz dikirim ke Vicenza, Italia, untuk mendukung Operasi Enduring Freedom.

Sementara, tim kampanye Harris mengatakan kepada The Washington Post bahwa Walz menggunakan "senjata perang berkali-kali".

"Gubernur Walz tidak akan pernah menghina atau meremehkan pengabdian warga Amerika mana pun untuk negara ini, bahkan, ia berterima kasih kepada Senator Vance karena telah mempertaruhkan nyawanya untuk negara kita," kata pernyataan itu.

Terpisah, VoteVets, organisasi veteran yang berpihak pada Demokrat mengatakan, sebagai "seorang prajurit artileri medan, pengabdian Tim tidaklah tanpa risiko".

"Ia mengalami gangguan pendengaran yang signifikan selama bertugas di sekitar senjata-senjata besar, yang memerlukan operasi dan implan telinga bagian dalam setelah pensiun," kata organisasi tersebut.

Klaim mengenai pangkat khusus yang disandangnya saat pensiun juga telah memicu perdebatan. Walz dan sekutu Demokrat mengatakan ia adalah "sersan mayor yang sudah pensiun", klaim yang tidak tepat, menurut catatannya.

Meskipun ia memperoleh pangkat sementara sersan mayor komando, gelarnya dikembalikan dan ia "pensiun sebagai sersan mayor pada tahun 2005 untuk tujuan tunjangan, karena ia tidak menyelesaikan kursus tambahan," kata Letkol Auge.

"Tim Walz mengabdikan sebagian besar masa mudanya untuk mengabdi pada negara bagian dan negara kita dengan seragam. Bandingkan dengan Donald Trump yang menghindari dinas militer beberapa kali," kata Mike Lavigne, seorang sersan mayor pensiunan di Angkatan Darat AS yang sekarang bekerja dengan VoteVets, mengatakan kepada The National dalam sebuah pernyataan.

"Rekam jejak Trump adalah anti-pasukan, anti-keluarga militer, anti-keluarga Bintang Emas, dan anti-veteran. Mereka bisa mencoba tetapi mereka tidak akan pernah bisa lari dari itu," tandasnya.