Bagikan:

JAKARTA - Aktivis Act for Farmed Animals (AFFA) berkumpul di luar Plataran Menteng di HOS Cokroaminoto, sebuah jalan di Jakarta, menuntut raksasa perhotelan itu untuk berhenti menggunakan telur yang diproduksi oleh ayam yang dikurung dalam kandang kecil di seluruh 81 propertinya. Protes tersebut, yang merupakan bagian dari kampanye #PlataranForAnimals, menarik perhatian pada masalah kesejahteraan hewan melalui pertunjukannya.

Pertunjukan tersebut menampilkan potongan karton seorang pengusaha yang mencoba meraih "penghargaan" yang dipegang oleh seekor ayam, yang melambangkan bagaimana Plataran telah gagal menangani kesejahteraan hewan meskipun telah menerima banyak penghargaan, seperti Sustainable Destinations Top 100. Di belakang pengusaha tersebut, seorang aktivis yang berperan sebagai ayam yang tertekan memukul simbal, menandakan bahwa waktu hampir habis bagi Plataran untuk bertindak. Para aktivis juga memutar audio tangisan ayam untuk menekankan urgensi dan menyoroti penderitaan ayam yang dikurung di Indonesia.

“Plataran dengan bangga telah mempromosikan inisiatif lingkungan mereka di bawah tagar #PlataranForPlanet selama beberapa tahun terakhir, tetapi sekarang saatnya mereka bertanggung jawab atas kesejahteraan hewan dalam rantai pasokan mereka dengan tagar #PlataranForAnimals,” kata Elfha Shavira, Manajer Kampanye di Act for Farmed Animals—koalisi dari dua organisasi perlindungan hewan, Animal Friends Jogja dan LSM internasional Sinergia Animal. “Kami telah menghubungi Plataran terkait kebijakan kesejahteraan hewan mereka selama lebih dari setahun melalui email, surat, dan media sosial, tetapi mereka tetap bungkam mengenai masalah tersebut,” tambah Shavira.

Setelah aksi tersebut berakhir, perwakilan AFFA berhasil bertemu dengan perwakilan Plataran untuk membahas situasi tersebut. Meskipun mereka telah meminta tanggapan resmi, Plataran belum memberikan tanggapan hingga saat rilis ini.

Realita ayam di Indonesia

Saat ini, lebih dari 370 juta ayam di Indonesia dikurung dalam kandang baterai, yang menyebabkan mereka menderita stres fisik dan psikologis yang hebat. Kandang yang kecil dan sempit ini sangat membatasi pergerakan ayam, mencegah mereka untuk merentangkan sayapnya sepenuhnya, bersarang, atau melakukan perilaku alami seperti mandi debu atau bertengger.

Studi dari Otoritas Keamanan Pangan Eropa telah menunjukkan bahwa sistem kandang baterai menyebabkan masalah kesejahteraan yang parah dan mengakibatkan lebih banyak kasus Salmonella daripada sistem bebas kandang. "Seiring dengan semakin sadarnya konsumen akan kenyataan pahit ini, permintaan akan perlakuan yang lebih manusiawi terhadap hewan ternak pun meningkat," kata Shavira.

Saat ini, lebih dari 25 bisnis perhotelan dan 40 restoran di Indonesia telah mengadopsi kebijakan bebas kandang. Aktivis berpendapat bahwa sebagai pemain terkemuka dalam industri perhotelan, Plataran harus memperluas praktik etisnya untuk mencakup kesejahteraan hewan.

"Dengan merangkul #PlataranForAnimals, Plataran dapat menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap lingkungan dan hewan dalam rantai pasokan mereka. Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk memimpin dalam praktik etis dan menetapkan standar dalam industri perhotelan," pungkas Shavira.