Bagikan:

JAKARTA - Latihan gabungan bersama (latgabma) Super Garuda Shield (SGS) 2024 yang digelar oleh Indonesia, menunjukkan kerja sama strategis di kawasan Indo-Pasifik, serta mengasah interoperabilitas antara militer Indonesia, AS, dan negara peserta lainnya.

Latgabma yang diselenggarakan di Jawa dan Sumatra pada tanggal 26 Agustus hingga 6 September 2024 tersebut mengasah kapabilitas organisasi tempur untuk melaksanakan operasi lintas udara, air assault, dan juga operasi amfibi.

Meski pihak Indonesia menegaskan SGS tidaklah memiliki muatan politis, namun sangat jelas jika latgabma ini menjadi instrumen AS untuk mengedepankan kepentingannya di kawasan dalam rangka berkompetisi dengan China.

Latihan gabungan bersama (latgabma) Super Garuda Shield (SGS) 2024 yang digelar oleh Indonesia/VOI

SGS tak bisa dipisahkan dari konteks Great Power Competition untuk membendung pengaruh dan keagresifan China di kawasan Indo-Pasifik. Seperti yang kita tahu, AS telah banyak mengorganisir latgabma dengan banyak pihak yang menjadi mitra strategisnya, seperti dengan Filipina lewat Balikatan, misalnya.

Kesemua latgabma ini mempunyai setidaknya dua tujuan; yang pertama untuk mengasah interoperabilitas militer AS dengan mitra strategisnya, serta menjaga status combat readiness organisasi tempur dan unit mereka. Yang kedua adalah memberi sinyal kepada China jika hubungan bilateral AS dan Indonesia semakin dekat lewat kerja sama pertahanan. Indonesia diketahui telah memilih jet tempur F-15EX buatan perusahaan AS Boeing untuk modernisasi aset tempur angkatan udaranya.

Latihan gabungan bersama (latgabma) Super Garuda Shield (SGS) 2024 yang digelar oleh Indonesia/VOI

Namun Indonesia tampaknya tak ingin kedekatannya dengan AS, dalam konteks pertahanan dan kemanan, terlalu mencolok. Indonesia dikenal dengan kebijakan luar negerinya yang bebas-aktif. Jakarta sangat lihai memainkan peranannya untuk mendayung di antara dua raksasa yang sedang berkompetisi di kawasan Indo-Pasifik. Hal ini dilakukan tak lain untuk menjaga status mitra strategis dengan China.

Ke depannya, Indonesia masih akan berupaya untuk menjaga status tak memihak AS maupun China, demi melindungi kepentingan nasionalnya.