Bagikan:

JAKARTA - Super Garuda Shield (SGS), Latihan Gabungan Bersama antara TNI dengan United States Armed Forces, beserta angkatan bersenjata dari negara sahabat, merupakan latihan militer tahunan terbesar yang digelar di wilayah Asia Tenggara sejak 2009.

SGS 2024 dilangsungkan pada tanggal 26 Agustus hingga 6 September 2024 di tiga lokasi berbeda yaitu Situbondo, Karawang, dan Baturaja.

Latihan militer yang bertujuan untuk memperkuat interoperabilitas organisasi tempur negara yang terlibat ini, memiliki kisah unik, serta tantangan tersendiri bagi para pelaksana. Salah satu tantangan yang menjadi perhatian utama adalah perihal bahasa yang menjadi sarana komunikasi bagi berlangsungnya latihan ini.

Setiap prajurit yang terlibat dalam SGS, memiliki spesialisasi mereka tersendiri. Ada yang tergabung dalam tim intai, medis, penerbang, penjinak bahan peledak, dan sebagainya. Namun, mereka memiliki perbedaan dalam hal bahasa. Perbedaan bahasa yang digunakan oleh prajurit TNI dan US Army, misalnya, terbukti menjadi kendala dalam proses perencanaan dan juga eksekusi di lapangan.

Untuk menjembatani perbedaan bahasa ini, peran interpreter sangat krusial dan dibutuhkan. VOI berkesempatan untuk terjun langsung dan meliput kegiatan para interpreter yang ditugaskan oleh Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) dalam latihan SGS.

Beroperasi di bawah banner Vajra Research and Development Group (VRDG), para interpreter ini menetapkan standar yang tinggi jika dibandingkan dengan interpreter sipil lainnya.

Tak hanya harus mampu menguasai bahasa asing yang baik, namun mereka juga dituntut untuk memahami bagaimana sebuah organisasi militer bekerja. Tak hanya itu, para interpreter VRDG juga harus memiliki keterampilan teknis seperti navigasi darat, mengoperasikan senjata api, menguasai dasar-dasar small unit tactics, dan sebagainya.

Bukan tanpa sebab, rumitnya pelaksanaan SGS di tahap perencanaan dan eksekusi yang melibatkan lebih dari dua organisasi militer, mengharuskan mereka menguasai banyak hal yang disebut di atas.

Sebagai contoh, salah satu interpreter yang juga merupakan pendiri VRDG, merasa tak kesulitan ketika membantu menerjemahkan materi Pertempuran Jarak Dekat (PJD) yang diajarkan oleh seorang instruktur dari Australian Defence Force. Bahkan, lebih jauh, sang interpreter mampu untuk memperagakan bagaimana sebuah senjata api dioperasikan, yang semuanya ia jelaskan dalam nomenklatur TNI berbahasa Indonesia.

Memahami nomenklatur TNI dan US Army adalah suatu kewajiban bagi interpreter. Dalam gambaran besar, VRDG memiliki andil dalam menjembatani dua doktrin organisasi tempur yang berbeda. Ini bukan tugas yang mudah, mengingat setiap doktrin memiliki nomenklatur tersendiri.

Hal menarik lainnya yang VOI temui selama kegiatan SGS berlangsung adalah bagaimana para interpreter VRDG berusaha untuk mengemulasi bagaimana tentara bekerja dan beristirahat. Tak seperti interpreter lainnya yang mendapat akomodasi di penginapan, tim interpreter VRDG tinggal di barak-barak bersama para prajurit. Mereka menyatu dengan budaya prajurit.

Selain itu, tak hanya memiliki pengetahuan dunia militer yang mumpuni, para interpreter VRDG tampil layaknya personel militer. Mereka mengenakan seragam kamuflase, plate carrier, alat komunikasi, dan sebagainya, yang semuanya berfungsi untuk menunjang pekerjaan mereka di lapangan.

Bagi mereka, penampilan bukan hanya untuk terlihat keren semata, namun setiap perlengkapan yang mereka kenakan memiliki fungsinya. Bekerja di lingkungan yang berbahaya penuh dengan peledak dan munisi tajam, mengharuskan mereka mengutamakan keamanan.

Tak heran, salah seorang perwira US Army berceletuk, “The terps are more organized than us. They even have proper communication plans in place.”, yang jika diterjemahkan, “Para interpreter ini sangat terorganisir. Mereka bahkan memiliki perencanaan komunikasi yang baik.”

SGS lebih dari sekadar latihan militer prestise yang melibatkan banyak negara. Event ini merupakan momen di mana dua kultur yang berbeda disatukan dalam satu tujuan, yaitu untuk mewujudkan kawasan Indo-Pasifik yang stabil dan bebas berdasarkan rules-based order, dan di dalam upaya tersebut, VRDG berperan sebagai jembatan yang menghubungkan berbagai macam perbedaan.

Liputan eksklusif dari Pratama Aditia. Pantau juga akun-akun sosial media kami untuk menikmati konten-konten Super Garuda Shield lainnya.