Bagikan:

JAKARTA - Bakal calon Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno merespons elektabilitas dirinya dan Pramono Anung yang masih berada di bawah Ridwan Kamil-Suswono, pesaingnya di Pilguh Jakarta.

Dalam hasil jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia (LSI), pasangan Ridwan Kamil-Suswono memiliki elektabilitas 51,8 persen, Pramono Anung-Rano Karno sebesar 28,4 persen, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana 3,2 persen.

Menurut Rano, hal ini justru membuat dirinya terkejut sekaligus bersyukur. Sebab, tingginya elektabilitas RK dianggap wajar karena kabar mantan Gubernur Jawa Barat itu ingin maju Pilkada Jakarta telah berembus sejak beberapa bulan lalu.

Sementara, pencalonan Pramono dan Rano baru terungkap sesaat sebelum masa pandaftaran pasangan cagub-cawagub Jakarta.

"Kemarin LSI naik ke 28 persen, itu bagi kami surprise, lho. Berarti mulai dari nol (ke 28 persen) dalam waktu 2 minggu. Harus optimis, kalau enggak, jangan maju," kata Rano di Warung Garasi Si Doel, Jakarta Selatan, Kamis, 19 September.

Rano mengaku akan terus meningkatkan elektabilitasnya dengan Pramono hingga hari pemungutan suara. Pria yang akrab disapa Bang Doel ini mempersilakan semua warga datang menemuinya untuk menyampaikan aspirasi, baik warga yang akan memilih mereka maupun tidak.

"Kalau cocok, ayok kita jalan sama-sama. kalau gak cocok bang minta program ini, ini. Pemda itu hanya memfasilitasi keinginan masyarakat. Kembali lagi, kalau membaca survei, sangat wajar kalau RK di atas kami. RK lebih dulu. Kami baru dua minggu, itu sudah apresiasi masyarakat," jelas Rano.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan berujar, jika dinamika elektabilitas cagub-cawagub tak berubah, maka pasangan RK-Suswono bisa memenangkan Pilkada Jakarta dalam satu putaran.

"Kalau misalnya tidak ada perubahan ke depan, kalau misalnya Pilkada diadakan hari ketika kita melaksanakan survei, itu berarti Ridwan Kamil sudah melewati batas 50 persen lebih yang dipersyaratkan untuk dinyatakan sebagai gubernur terpilih di Jakarta," kata Djayadi dalam pemaparan survei virtual, Rabu, 18 September.

Hanya saja, Djayadi menilai masih banyak warga Jakarta yang telah mengungkap pilihannya bisa berubah selama tahapan pilkada berjalan. Hanya 35,3 persen responden yang mengaku telah menentukan pilihan beberapa bulan sebelum hari pencoblosan pada 27 November mendatang.

"Ada 64 persen dari para pemilih ini baru betul-betul memutuskan pilihannya pada saat ketika kampanye resmi dimulai, beberapa hari sebelum hari-H, dan 10 persen menyatakan baru memutuskan pada hari-H pencoblosan. Jadi, pemilihan itu masih bersifat cair," jelas Djayadi.

Sebagai informasi, survei ini dilakukan pada periode 6-12 September dengan total sampel sebanyak 1.200 responden yang merupakan warga DKI Jakarta berumur di atas 17 tahun atau sudah menikah.

Penarikan responden diperoleh melalui teknik multistage random sampling dengan margin of error sebesar ± 2,9 persen dan tingkat kepercayaan di angka 95 persen dengan asumsi simple random sampling.