Menkes Budi Gunadi: Vaksinasi Bukan <i>Silver Bullet</i> Hadapi COVID-19
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin/Istimewa

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut penanganan COVID-19 di Tanah Air tak bisa hanya mengandalkan memberikan vaksin. Sebab, vaksin bukanlah 'silver bullet' atau 'peluru perak' untuk mematikan COVID-19.

“Dengan segala kerendahan hati, (vaksinasi, red) satu dari strategi. (Vaksinasi, red) ini bukan silver bullet dari penyelesaian masalah COVID-19,” kata Budi dalam konferensi pers secara daring yang ditayangkan di akun YouTube Kemendikbud, Selasa, 30 Maret.

Dengan demikian, Budi berharap semua pihak punya persepsi terkait hal ini. Meski vaksinasi kini jadi program unggulan pemerintah namun strategi lain jangan sampai dilupakan.

“Vaksinasi harus dilakukan secara bersama dengan protokol kesehatan dengan kesiapan infrastruktur untuk diagnostic yang baik dan kesiapan kalau ada yang sakit,” ungkap mantan Wakil Menteri BUMN ini.

Lagipula, vaksinasi tak lantas menjamin seseorang kebal dalam menghadapi pandemi COVID-19. Mereka yang divaksin, sambungnya, juga bisa tertular virus ini meski kondisinya tidak separah mereka yang belum divaksin.

Hal ini disebabkan karena para penerima vaksin akan memiliki antibodi dibanding mereka yang belum disuntik vaksin COVID-19.

Lebih lanjut, dia juga menegaskan pemerintah telah menetapkan skala prioritas pihak yang mendapat vaksin. Salah satunya adalah tenaga kesehatan karena mereka bersentuhan langsung dengan pasien COVID-19.

"Orang yang berisiko paling tinggi, itu yang diberi kesempatan pertama vaksinasi,” ungkapnya.

Pemerintah memberikan vaksinasi gelombang pertama pada 1,5 juta tenaga kesehatan. Selanjutnya, vaksin disuntikkan pada warga lanjut usia (lansia). "Karena lansia kalau terpapar, 50 persen risiko meninggal dunia. Berbeda dengan non-lansia yang datanya sekarang rata-rata 2 persen," tegasnya.

Selain itu, ke depan, Kemenkes juga meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga pemerintah daerah untuk memprioritaskan para tenaga pendidik termasuk guru. Apalagi, guru yang masuk sebagai petugas publik rentan terpapar virus ini.

Sehingga, Kemendikbud harus lebih memperhatikan pemberian vaksinasi terhadap mereka. “Kita harus memperhatikan pendidik ini karena mereka jadi prioritas,” ungkap Budi.

“Jadi kami mohon semua sekolah, universitas, pemerintah daerah, yuk, bantu pendidik kita dengan membuat program satu sekolah suntik bersama. Sehingga, hal ini mempercepat akselerasi sampai akhir Juni,” pungkasnya.