Bagikan:

BOGOR - Ketua Sementara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nawawi Pomolango mengatakan lembaganya bukan anak kandung Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri. KPK dibentuk di era reformasi mengacu UU Tipikor.

"Lahirnya (KPK, red) di zaman pemerintahan Megawati tetapi bayi ini lahir karena tuntutan reformasi. Jadi tolong jangan dibolak balik,” kata Nawawi dalam acara di Bogor, Jawa Barat, Kamis, 12 September.

“Bayi ini adalah bayi reformasi, bayi yang karena tuntutan reformasi dilahirkan di zaman pemerintahan Megawati. Itu yang benar, jangan dibalik, seakan-akan bayi ini anak kandung pemerintah Megawati," sambungnya.

Nawawi kemudian menjelaskan Pasal 1 Undang-Undang Pemberantasan Tipikor memerintahkan pemerintah membentuk KPK paling lama dua tahun setelah undang-undang tersebut disahkan. Adapun beleid ini disahkan pada 16 Agustus 1999.

Karena itu, seharusnya KPK didirikan pada 16 Agustus 2001. Hanya saja, karena banyak penolakan maka KPK tak kunjung dibentuk sesuai amanat perundangan.

"Masih begitu banyaknya penolakan terhadap lembaga ini. Lembaga ini akan dapat bisa menghancurkan segalanya (kejahatan korupsi, red),” tegasnya.

Barulah KPK dibentuk pada 27 Desember 2002 melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Nawawi bilang langkah ini dilakukan pemerintah setelah aktivis dan pegiat antikorupsi terus bersuara.

"Maka setelah melewati 1 tahun 4 bulan itulah baru kemudian lahir namanya Komisi Pemberantasan Korupsi. Bayi ini adalah bayi reformasi dan lahir di zaman pemerintahan Megawati bukan bayi kandung pemerintahan Megawati yang lahir di zaman reformasi. Jangan dibalik-balik," ungkapnya.

Adapun Megawati kerap mengungkit KPK didirikan ketika ia menjabat. Hal ini kerap disampaikannya sambil menantang penyidik yang memburu Harun Masiku, Rossa Purbo.

Ketua Umum PDIP itu juga menduga dirinya jadi sasaran komisi antirasuah setelah Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sering dipanggil. "Saya berani kalau umpamanya suruh datang Rossa, ngadepin aku," kata Megawati dalam pidatonya di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat, 5 Agustus.

"Gile, orang KPK yang bikin itu saya. Gile deh. Panggil dia saja, pangkatnya apa? Apa ini baru letkol saja, belum jenderal," ungkapnya.