Bagikan:

JAKARTA - Ribuan orang yang tinggal dekat Sungai Merah, di ibu kota Vietnam Hanoi dievakuasi, menyusul meluapnya sungai tersebut setelah mencatat level tertinggi dalam 20 tahun terakhir, menyebabkan banjir selama beberapa hari, usai Topan Yagi menyapu wilayah utara neagra itu, menyebabkan sekitar 150 orang tewas.

Topan Yagi yang merupakan topan terkuat di Asia tahun ini, membawa angin kencang dan hujan lebat saat bergerak ke arah barat setelah menghantam daratan pada Hari Sabtu, merobohkan sebuah jembatan minggu ini saat menghantam provinsi-provinsi di sepanjang Sungai Merah, yang merupakan sungai terbesar di wilayah tersebut.

"Rumah saya sekarang menjadi bagian dari sungai," kata Nguyen Van Hung (56) yang tinggal di lingkungan di tepi Sungai Merah, melansir Reuters 11 September.

Direktur Pusat Nasional untuk Prakiraan Hidro-Meteorologi Mai Van Khiem mengatakan dalam sebuah pernyataan, Sungai Merah berada pada titik tertingginya dalam dua dekade, dengan lebih banyak hujan diperkirakan akan turun selama dua hari ke depan.

banjir hanoi
Ilustrasi banjir di Hanoi. (Wikimedia Commons/Nguyen QuocTrung)

Pemerintah Vietnam memperkirakan, topan, tanah longsor serta banjir yang terjadi di negara itu diperkirakan menewaskan sedikitnya 155 orang, sementara 141 lainnya masih hilang.

Sementara itu, perusahaan listrik milik negara EVN mengatakan pada Hari Rabu, mereka telah memutus aliran listrik dari beberapa bagian ibu kota yang terendam banjir karena masalah keselamatan.

Mereka juga mengatakan telah menghentikan pembuangan air dari bendungan PLTA Hoa Binh, yang merupakan bendungan terbesar kedua di Vietnam utara, ke anak sungai Sungai Merah, Sungai Da, untuk mengurangi aliran air.

Beberapa sekolah di Hanoi telah meminta siswa untuk tinggal di rumah selama sisa minggu ini, sementara ribuan penduduk di daerah dataran rendah telah dievakuasi, kata pemerintah dan media pemerintah.

Topan Yagi juga memukul pelaku industri, membanjiri gudang-gudang di pusat-pusat industri berorientasi ekspor pesisir di sebelah timur Hanoi, memaksa penutupan, menyebabkan sejumlah pabrik diperkirakan baru akan kembali beroperasi penuh setelah berminggu-minggu, kata para eksekutif.

Gangguan tersebut mengancam rantai pasokan global karena Vietnam menjadi tuan rumah bagi operasi-operasi besar perusahaan multinasional yang sebagian besar mengirim barang ke Amerika Serikat, Eropa dan negara-negara maju lainnya.