Bagikan:

JAKARTA - Jumlah korban tewas akibat Topan Yagi di Vietnam bertambah menjadi 233 orang, menurut laporan Jumat kemarin. Petugas penyelamat menemukan lebih banyak jenazah di daerah yang terkena longsor dan banjir bandang.

Dikutip dari ANTARA, Minggu 15 September, banjir dari Sungai Merah yang meluap di ibu kota Hanoi mulai surut, meski banyak wilayah masih terendam. Di bagian utara, para ahli memperkirakan bantuan masih akan sulit dijangkau selama beberapa hari ke depan.

Topan Yagi menghantam daratan pada Sabtu (7/10/2024) lalu, menyebabkan hujan lebat yang memicu banjir bandang dan tanah longsor. Sebanyak 103 orang masih dinyatakan hilang, dan lebih dari 800 lainnya terluka.

Sebagian besar korban jiwa berasal dari Provinsi Lao Cai. Delapan warga permukiman Lang Nu yang selamat ditemukan pada Jumat (13/9/2024) pagi. Sebanyak 48 orang lainnya dari Lang Nu ditemukan tewas, dan 39 orang masih hilang.

Jalan menuju Lang Nu rusak parah, membuat alat berat sulit masuk untuk membantu upaya penyelamatan. Sekitar 500 personel penyelamat bersama anjing pelacak dikerahkan.

Di Provinsi Cao Bang, wilayah utara yang berbatasan dengan China, 21 jenazah telah ditemukan pada Jumat (13/9/2024). Para ahli mengatakan kekuatan Topan Yagi semakin kuat akibat perubahan iklim, karena air laut yang lebih hangat memberi lebih banyak energi untuk memicu badai.

Dampak topan ini juga dirasakan di kawasan Asia Tenggara lainnya, termasuk Thailand bagian utara, Laos, dan Myanmar bagian timur laut yang mengalami banjir dan tanah longsor.

Di Thailand, 10 orang dilaporkan tewas akibat banjir atau tanah longsor. Di Myanmar, tentara melaporkan setidaknya 33 orang tewas. Sebanyak 187 kamp bantuan telah didirikan untuk hampir 240.000 korban banjir dari 34 kota.

Bantuan internasional mulai mengalir ke Vietnam, dengan Australia mengirimkan pasokan kemanusiaan sebagai bagian dari bantuan senilai US$ 2 juta. Korea Selatan juga berencana memberikan bantuan sebesar US$ 2 juta. Amerika Serikat pada Jumat (13/9/2024) menyatakan akan memberikan bantuan US$ 1 juta melalui Badan Pembangunan Internasional AS (USAID).

“Dengan perkiraan hujan lebat dalam beberapa hari ke depan, para ahli bencana USAID terus memantau kebutuhan kemanusiaan dengan koordinasi erat bersama otoritas darurat setempat dan mitra di lapangan,” kata kedutaan AS dalam pernyataan resminya.

“Para ahli kemanusiaan USAID di lapangan sedang berpartisipasi dalam penilaian yang sedang berlangsung untuk memastikan bantuan AS segera sampai ke populasi yang membutuhkan,” tambahnya.