Bagikan:

TASIKMALAYA - Prof. Dr. Agus Aris Munandar, pakar arkeologi senior dari Universitas Indonesia, menegaskan bahwa artefak di kawasan Galunggung, khususnya Candi Punden Berundak dan Batu Pangcalikan di Parigi, merupakan aset sejarah yang sangat berharga dan memerlukan perhatian lebih dari pemerintah.

"Artefak ini bukan sekadar petilasan, melainkan Punden Berundak dengan struktur yang sudah sesuai dengan budaya Sunda kuno. Meski ukurannya kecil, strukturnya terdiri dari tiga undakan dengan menhir di puncaknya, serta batu penghalang di depan dan belakang yang berfungsi sebagai tiang tolak bala," ujar Prof. Agus yang mengunjungi situs tersebut Senin, 10 September.

Ia juga menjelaskan, Punden Berundak ini mirip dengan yang ada di Gunung Penanggungan, Jawa Timur, yang digunakan sebagai tempat peribadatan pada awal abad Masehi. “Biasanya, para peziarah akan mengelilingi Punden ini tiga kali sebagai simbol penyucian diri,” lanjutnya dalam keterangan tertulis yang diterima Selasa, 11 September.

Peninggalan sejarang kata Prof Dr Agus Aris Munandar harus dijaga dan lestarikan. (IST / VOI)
Peninggalan sejarang kata Prof Dr Agus Aris Munandar harus dijaga dan lestarikan. (IST / VOI)

Kunjungan ini dilakukan bersama tim peneliti senior dari Universitas Indonesia, didampingi tokoh budaya nasional, Irjen Purn Anton Charliyan. Tim ini terdiri dari 11 pakar, termasuk Prof. Dr. Titik Pujiastuti, ahli naskah kuno, dan Prof. Tuti Nur Muas, ahli sejarah.

Dalam kunjungannya, Prof. Agus juga menyoroti penemuan Batu Pangcalikan, yang merupakan batu datar di depan Batu Satangtung. "Batu ini berfungsi sebagai tempat persajian bagi leluhur dan merupakan bagian penting dari ritual masa lalu," jelasnya.

Menurut Prof. Agus, artefak yang ditemukan di Galunggung, termasuk Punden Berundak dan Batu Pangcalikan, serta Circle Stone di Jahyang, memiliki nilai sejarah yang besar. Oleh karena itu, ia mendesak pemerintah dan pihak terkait untuk melakukan penelitian lebih mendalam dan memberikan perhatian serius terhadap penemuan ini.

Irjen Purn Anton Charliyan yang biasa dipanggil Abah, yang juga Ketua Umum Lintas Budaya Nusantara dan penasihat PWI, turut mengapresiasi kedatangan tim ahli tersebut. "Kedatangan tim ini adalah kehormatan besar bagi masyarakat Parigi. Kami berharap Prof. Agus dan tim tidak bosan memberikan arahan dan bimbingan kepada Tim Ekspedisi Galunggung yang terus melakukan penelitian terhadap situs-situs bersejarah di kawasan ini," tutupnya.