Bagikan:

JAKARTA - Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79 dirayakan dengan berbagai cara oleh masyarakat di seluruh negeri. Salah satu perayaan unik dilakukan oleh tim ekspedisi yang dipimpin oleh Irjen Purn. Anton Charliyan, yang akrab disapa Abah H Anton. Sejak tahun 2017, Abah Anton rutin menggelar upacara kemerdekaan di puncak Gunung Galunggung dan Batu Ampar.

Pemilihan Kawah Purba Galunggung sebagai lokasi upacara bukan tanpa alasan. Abah Anton, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat PWI Pusat, menjelaskan bahwa keputusan ini didasarkan pada Naskah Kuno Galuh dari tahun 1518 Masehi.

Naskah tersebut mengamanatkan: "Jaga Kabuyutan Galunggung jangan sampai dikuasai asing. Bila Rajaputra tidak mampu menjaganya, maka akan lebih hina dari bangkai kulit musang yang ada di tempat sampah." Amanat ini menekankan pentingnya menjaga wilayah Galunggung sebagai bentuk cinta tanah air dan penghormatan terhadap warisan leluhur.

Menurut Abah Anton, pandangannya ini didukung oleh berbagai ahli, termasuk Prof. Agus Aris Munandar, Prof. Titik Puji Astuti, Dr. Undang Darsa, dan Dr. Elis Suryani. Mereka sependapat bahwa amanat dalam Naskah Kuno Amanat Galunggung menggambarkan konsep cinta tanah air yang kuat.

Dari sekian banyak gunung di Tatar Galuh Sunda, hanya Gunung Galunggung yang disebut secara khusus untuk dilindungi.

“Amanat ini berasal dari Maharaja Sunda Galuh, Prabu Darmasiksa, yang memerintah pada tahun 1175 Masehi di Pakuan Bogor. Naskah ini kemudian dikenal luas sebagai Naskah Kuno Amanat Galunggung. Oleh karena itu, komunitas di Tatar Sunda, yang terdiri dari budayawan, sesepuh, dan ulama tarekat, rutin melaksanakan upacara peringatan 17 Agustus di Gunung Galunggung,” jelas Abah Anton dalam keterangan tertulis yang diterima Sabtu, 17 Agustus.

Tahun ini, tim ekspedisi Galunggung kembali melaksanakan upacara di puncak Kawah Purba Galunggung, yang berada di ketinggian sekitar 2.300 meter di atas permukaan laut, jauh di atas kawah hijau yang ada saat ini. Upacara ini juga didukung oleh Babad Sukapura Galuh, yang menyebutkan bahwa "Eyang Kuncung Putih," sesepuh utama Galunggung, berada di Kawah Purba.

Tim ekspedisi tahun ini terdiri dari tujuh orang: Hadi Permana (Ketua Tim), Dadang Ruslian, Apon Sumuati, Rifai Nasution, Ili Sumantri, Andi Setiawan, Edih Abdul Rahman, dan RT Suryana.

Mereka berhasil mengibarkan bendera Merah Putih tepat pada 17 Agustus pukul 10.00 WIB. Selain menggelar upacara, tim juga memperbaiki Monumen Kabuyutan Kawah Purba yang sebelumnya dirusak oleh pendaki yang tidak bertanggung jawab.

Abah Anton mengimbau para pendaki dan pecinta alam untuk menjaga dan memelihara monumen tersebut. Monumen ini dibuat oleh tim ekspedisi Galunggung yang terdiri dari Gasantana, Lintas Budaya Nusantara, Forum Sunda Sabuana, dan Batu Ampar Galunggung.

Ketika ditanya mengapa upacara kemerdekaan selalu dilakukan di Kawah Purba Galunggung dan Batu Ampar, Abah H. Anton menjelaskan bahwa amanat dari naskah kuno tersebut sangat jelas.

Wilayah yang harus dijaga adalah inti Kawah Purba Galunggung dan Batu Ampar, yang merupakan ujung parit karya Ratu Galunggung Batary Hyang pada tahun 1111 Masehi. Oleh karena itu, upacara hanya dilakukan di dua tempat ini sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur.

"Semoga semua pihak dapat memahami dan menghormati alasan ini," tutup Abah Anton.