Presiden Joe Biden Kritisi Uji Coba Rudal, Korea Utara Keluarkan Ancaman
Penembakan rudal KN-23 pada 4 Mei 2019. (Sumber: Rodong Sinmun via missilethreat.csis.org)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara pada Hari Sabtu mengeluarkan pernyataan, Pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden telah mengambil langkah pertama yang salah, serta mengungkapkan permusuhan yang mendalam lewat kritik terhadap uji coba rudal Korea Utara.

Korea Utara pada Jumat kemarin melakukan uji coba peluncuran rudal balistik taktis jarak pendek jenis baru. Presiden Joe Biden menyebut tes tersebut melangagr resolusi Dewan Keamanan PBB. Namun, Biden menyatakan tetap terbuka untuk diplomasi dengan Pyongyang.  

Sekretaris Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa Ri Pyong Chol mengatakan, tes yang dilakukan bersifat pertahanan diri terhadap ancaman yang ditimbulkan Korea Selatan dan Amerika Serikat, terkait dengan latihan militer gabungan dan senjata canggih kedua negara. 

"Kami mengungkapkan keprihatinan mendalam kami atas kepala eksekutif Amerika Serikat yang menyalahkan uji coba reguler, pelaksanaan hak negara kami untuk membela diri, sebagai pelanggaran resolusi PBB dan secara terbuka mengungkapkan permusuhannya yang mendalam," kata Ri dalam sebuah pernyataan. oleh kantor berita resmi KCNA, melansir Reuters.

"Pernyataan (Presiden) Joe Biden adalah pelanggaran tersembunyi atas hak negara kita untuk membela diri dan provokasi. Kami sama sekali tidak mengembangkan senjata untuk menarik perhatian seseorang atau memengaruhi kebijakannya. Saya pikir pemerintahan AS yang baru jelas mengambil langkah pertama yang salah," lanjut Ri sambil mengatakan Washington mungkin akan menghadapi sesuatu yang tidak baik jika terus membuat pernyataan yang tidak terpikirkan. 

Ri pun menuduh Pemerintahan Biden memanfaatkan setiap kesempatan, untuk memprovokasi Pyongyang dengan mencapnya sebagai ancaman keamanan. Ri mengatakan, Washington bersikeras pada logika seperti gangster untuk dapat membawa aset nuklir strategis ke Korea Selatan dan menguji rudal balistik antarbenua sesuai keinginannya. Tetapi, melarang Korea Utara untuk menguji bahkan senjata taktis.

"Kami tahu betul apa yang harus kami lakukan. Kami akan terus meningkatkan kekuatan militer kami yang paling menyeluruh dan luar biasa," tegas Ri.

Gedung Putih, yang mengatakan peninjauan kebijakan Korea Utara berada di tahap akhir, menolak berkomentar. Departemen Luar Negeri tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Terpisah, profesor dari Universitas Kyungnam di Seoul Kim Dong-yup mengatakan, pernyataan Ri berarti Korea Utara berpotensi meningkatkan ketegangan militer dalam beberapa bulan mendatang dengan mengembangkan dan menguji senjata canggih.

Sementara, Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington dalam laporan pada Jumat waktu setempat mengungkapkan, citra satelit komersial menunjukkan Korea Utara terus menghasilkan konsentrat uranium, yang digunakan untuk membuat senjata nuklir, selama delapan bulan terakhir, meskipun belum menguji bom apa pun sejak 2017.