JAKARTA - Kremlin mengatakan pihaknya tidak mengetahui apa tuduhan terhadap CEO Telegram Pavel Durov,yang ditangkap oleh polisi Prancis. Rusia akan menunggu pernyataan resmi mengenai penahanannya sebelum memberikan respons penangkapan.
Durov, miliarder kelahiran Rusia pemilik aplikasi perpesanan Telegram, ditahan di bandara Le Bourget di luar ibu kota Prancis tak lama setelah mendarat dengan jet pribadi pada Sabtu malam, pekan lalu.
“Kami belum tahu apa sebenarnya tuduhan Durov,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam jumpa pers dilansir Reuters, Senin, 26 Agustus.
“Kami belum mendengar pernyataan resmi mengenai masalah ini, dan sebelum kami mengatakan apa pun, kami harus menunggu hingga situasinya menjadi jelas. Dengan apa sebenarnya mereka mencoba memberatkan Durov? Tanpa (sepengetahuannya), mungkin salah jika membuat pernyataan apa pun," papar Peskov.
Durov masih ditahan pada Senin dan diinterogasi oleh polisi, media Prancis melaporkan. Paris belum secara resmi mengkonfirmasi penangkapannya.
BACA JUGA:
Durov, yang memiliki kewarganegaraan ganda Prancis dan Uni Emirat Arab, ditangkap sebagai bagian dari penyelidikan awal polisi atas dugaan mengizinkan berbagai kejahatan dilakukan menggunakan platformnya karena kurangnya moderasi di Telegram dan kurangnya kerja sama dengan polisi.
Aplikasi Telegram terenkripsi, yang berbasis di Dubai, memiliki hampir 1 miliar pengguna dan sangat berpengaruh di Rusia, Ukraina, dan republik-republik bekas Uni Soviet.
Durov meninggalkan Rusia pada tahun 2014 setelah dia menolak memenuhi tuntutan untuk menutup komunitas oposisi di platform media sosial VKontakte, yang juga dia dirikan dan kemudian dijual.