Bagikan:

JAKARTA - Sekitar 60 persen obat-obatan utama di Gaza habis akibat perang yang terus berkecamuk serta penutupan perbatasan oleh Israel. Layanan kesehatan terancam lumpuh.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Kesehatan Gaza pada Sabtu 24 Agustus menyatakan kementerian memperingatkan krisis obat-obatan dan pasokan medis, serta mengutuk dampaknya pada kehidupan pasien dan korban luka.

"Rumah sakit dan pusat kesehatan mengalami kekurangan obat-obatan dan pasokan medis yang sangat akut," kata pernyataan tersebut.

Kehabisan sumber daya ini bisa mengakibatkan penghentian total layanan medis, termasuk perawatan darurat, operasi, perawatan intensif, dialisis, layanan kesehatan primer, dan layanan kesehatan mental.

Kementerian Kesehatan Gaza menyerukan kepada organisasi internasional dan yang berafiliasi dengan PBB untuk bertindak dengan menyediakan obat-obatan serta pasokan medis.

Sejak perang pada 7 Oktober 2023 lalu, Israel telah memutus pasokan listrik ke Gaza, menghentikan pengiriman bahan bakar untuk satu-satunya pembangkit listrik di wilayah itu, serta menghentikan pasokan air, komunikasi, makanan, dan bantuan medis.

Saat ini, hanya pasokan medis dan bantuan internasional dalam jumlah terbatas yang masuk ke Gaza melalui Israel. Jumlahnya jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang berjuang menghadapi krisis kemanusiaan yang mengerikan.