Bagikan:

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu. Komisi IV DPR meminta Pemerintah untuk segera melakukan mitigasi dan antisipasi karena informasi soal potensi gempa Megathrust tersebut menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

"Indonesia memang salah satu negara yang rawan bencana alam, sehingga kita perlu melakukan mitigasi lebih awal agar masyarakat lebih waspada dan memahami cara penanggulannya. Kita harus siap menghadapi segala kemungkinan dan memastikan bahwa masyarakat kita terlindungi,” ujar anggota Komisi IV Daniel Johan, Rabu 21 Agustus.

Daniel menjelaskan, apa yang disampaikan BMKG soal potensi gempa megathrust di Indonesia harus menjadi perhatian serius Pemerintah.

“Jangan sampai informasi awal yang disampaikan BMKG hanya dianggap angin lalu dan kita tidak melakukan persiapan. Apalagi banyak masyarakat yang khawatir karena informasi ini!" tuturnya.

"Meskipun ini bukan peringatan bahwa gempa megathrust akan terjadi dalam waktu dekat, namun masyarakat perlu diberikan edukasi dan sosialisasi sedini mungkin," lanjut Daniel.

Legislator dari dapil Kalimantan Barat I ini pun menilai, Pemerintah harus bisa belajar dari bencana Tsunami Aceh tahun 2004 silam yang menelan banyak korban. Oleh karena itu, kata Daniel, diperlukan mitigasi komprehensif dan berkelanjutan sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan terburuk.

“Terutama Pemerintah agar memberikan penjelasan secara mendetail kepada masyarakat tentang potensi gempa megathrust ini agar tidak terjadi simpang siur informasi yang akan membuat masyarakat lebih resah,” ungkapnya.

Sebagai negara yang rawan bencana alam, memang tidak dapat dipungkiri adanya potensi gempa bumi di Indonesia. BMKG menyebutkan ada 13 zona megathrust mulai dari megathrust Aceh-Andaman di barat Indonesia hingga zona megathrust Papua di utara Papua. Selain itu, kemungkinan gempa juga terjadi di megathrust Mentawai-Siberut.

Bahkan diperkirakan, kekuatan potensi gempa megathrust itu lebih tinggi dibanding gempa yang melanda Aceh 2004 silam. Mengingat dampak gempa Aceh yang dahsyat itu, masyarakat pun menjadi khawatir terhadap informasi potensi gempa megathrust yang akan datang.

Untuk itu, Daniel mendorong Pemerintah segera melakukan antisipasi penanggulangan bencana. Sebab selain upaya mitigasi, persiapan dari sisi infastruktur hingga cara evakuasi bencana juga dinilai sangat penting.

"Kita tidak ingin karena kurangnya persiapan nantinya akan merugikan masyarakat," jelas Daniel.

Meski begitu, Daniel mengimbau kepada masyarakat untuk tidak merasa cemas berlebih dan tetap lakukan aktivitas seperti biasa.

“Masyarakat tidak perlu merasa takut, karena ini sifatnya adalah informasi terhadap potensi. Karena tidak ada yang benar-benar tahu kapan gempa akan terjadi. Jadi tetap beraktivitas seperti biasa saja namun harus selalu waspada,” imbaunya.

Di sisi lain, Daniel meminta Pemerintah untuk memperbanyak program simulasi evakuasi bencana secara berkala. Seperti di sekolah, kantor, pasar ataupun tempat yang padat aktivitas masyarakat.

"Kecepatan dan akurasi dalam penyampaian informasi sangat

penting agar masyarakat dapat segera mengambil langkah-langkah penyelamatan diri," ucap Daniel.

"Pemerintah perlu memperbanyak simulasi evakuasi dan memberikan informasi secara berkala terkait gempa megathrust ini. Sehingga masyarakat bisa merasa lebih aman dalam melakukan aktivitas sehari-hari," sambungnya.

Untuk memastikan respons yang cepat dan terkoordinasi, Daniel menyebut Pemerintah juga perlu meningkatkan kerja sama dan sinergi antar lembaga terkait. Mulai dari BMKG, BNPB, Kementerian PUPR, serta pemerintah daerah.

“Ketersediaan logistik darurat, seperti makanan, air bersih, obat-obatan, dan tempat penampungan sementara harus dipastikan cukup dan dapat didistribusikan dengan cepat ke daerah yang mungkin saja terdampak,” terang Daniel.

Komisi IV DPR yang turut membidangi urusan penanggulangan bencana juga meminta Pemerintah memperbanyak pelatihan dan penyuluhan mitigasi bencana alam. Khususnya, kata Daniel, bagi pihak-pihak terkait karena koordinasi yang baik antar lembaga sangat penting agar respons terhadap bencana dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

“Pelatihan mitigasi tidak kalah penting untuk dilakukan. Drill yang berbasis pemodelan tsunami kepada setiap stakeholder, terutama bagi dinas dan instansi terkait di daerah-daerah yang dengan potensi terjadinya gempa megathrust,” paparnya.

“Dan tentunya juga kepada seluruh elemen dan komunitas, termasuk pelaku usaha dan pariwisata, industri di sekitar pantai serta infrastruktur kritis, seperti pelabuhan dan bandara pantai, serta masyarakat,” kata Daniel.