Bagikan:

JAKARTA - Presiden Bangladesh membubarkan parlemen. Ini menjadi pembuka jalan bagi pemerintahan sementara dan pemilihan umum baru sehari setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri menyusul kerusuhan berdarah massa anti-Hasina.

Dilansir Reuters, kantor Presiden Mohammed Shahabuddin juga mengumumkan pemimpin oposisi Partai Nasionalis Bangladesh, Begum Khaleda Zia, mantan perdana menteri yang berselisih dengan Hasina selama beberapa dekade, telah dibebaskan dari tahanan rumah.

Para pengunjuk rasa mahasiswa mengancam akan melakukan lebih banyak demonstrasi besar jika parlemen tidak dibubarkan.

Gerakan yang menggulingkan Hasina muncul dari demonstrasi menentang kuota pekerjaan sektor publik bagi keluarga veteran perang kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971, yang dipandang para kritikus sebagai cara untuk menyediakan pekerjaan bagi sekutu partai yang berkuasa.

Sekitar 300 orang tewas dan ribuan lainnya terluka dalam kekerasan yang melanda negara itu sejak Juli.

Setelah para demonstran menyerbu dan menjarah kediaman mewah perdana menteri pada Senin, jalan-jalan di ibu kota Dhaka kembali tenang pada Selasa, 6 Agustus, dengan lalu lintas lebih sepi dari biasanya dan banyak sekolah serta tempat usaha yang tutup selama kerusuhan masih tutup.

Pabrik-pabrik garmen, yang memasok pakaian ke beberapa merek ternama dunia dan merupakan andalan perekonomian, akan dibuka kembali pada Rabu, 7 Agustus, setelah ditutup karena gangguan tersebut, kata asosiasi produsen garmen utama.

Keputusan untuk membubarkan parlemen diambil setelah pertemuan dengan para panglima angkatan bersenjata, para pemimpin partai politik, para pemimpin mahasiswa dan beberapa perwakilan masyarakat sipil, kata sebuah pernyataan presiden.

Negosiasi mengenai pembentukan pemerintahan sementara berlanjut hingga Selasa, kata seorang pemimpin mahasiswa dan pejabat pemerintah kepada Reuters.

Presiden Shahabuddin sebelumnya mengatakan pemerintahan sementara akan mengadakan pemilu segera setelah mereka mengambil alih kekuasaan.

Nahid Islam, penggerak utama kampanye melawan Hasina, mengatakan dalam pesan video: "Pemerintahan apa pun selain yang kami rekomendasikan tidak akan diterima."

Pengunduran diri Hasina mengakhiri masa jabatannya yang kedua selama 15 tahun di negara berpenduduk 170 juta jiwa itu, yang telah ia pimpin selama 20 dari 30 tahun terakhir sebagai pemimpin gerakan politik yang diwarisi dari ayahnya, pendiri negara Mujibur Rahman, setelah ayahnya menjabat sebagai presiden. dibunuh pada tahun 1975.

Sejak awal tahun 1990-an Hasina berseteru dan berganti kekuasaan dengan saingannya Zia, yang mewarisi gerakan politiknya dari suaminya Ziaur Rahman, seorang penguasa yang dibunuh pada tahun 1981.