Bagikan:

JAKARTA - Seorang ketua RW di Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, menggelar sayembara kepada warga yang berhasil menangkap maling di lingkungan permukimannya.

Merespons hal ini, Sekretaris Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Dwi Rio Sambodo menilai sayembara ini membuktikan peran aparat pemerintah dan keamanan di lingkungan masyarakat masih lemah.

"Sayembara ini menunjukkan lemahnya integrasi fungsi antara aparatur aparatur keamanan dgn aparatur Pemda beserta masyarakat di wilayah ini," ungkap Rio kepada wartawan, Senin, 29 Juli.

Rio memandang, sayembara tangkap maling yang dibuat Ketua RW tersebut juga berpotensi menimbulkan konflik dan aksi main hakim sendiri pada lapisan masyarakat bawah. Padahal, Indonesia merupakan negara hukum.

Pemprov DKI, dalah hal ini Pemerintah Kota Jakarta Barat, menurut Rio, harus segera melakukan integrasi menyeluruh dengan polisi dan unsur masyarakat untuk meningkatkan keamanan di permukiman warga.

"Maksimalisasi keamanan terpadu harus segera diterapkan. Baik CCTV, dan siskamling harus segera dijalankan," jelas Rio.

Informasi mengenai sayembara tangkap maling tertuang dalam bentuk banner yang tersebar di lingkungan RW 01 Kelurahan Jembatan Besi.

Dalam banner tersebut, dinyatakan warga yang berhasil menangkap maling kendaraan bermotor akan mendapat hadiah Rp1 juta pada kejadian malam hari dan Rp500 ribu pada siang hari.

Bagi warga yang berhasil menangkap jambret atau pencuri kotak amal di tempat ibadah mendapat hadiah Rp500 ribu pada kejadian malam hari dan Rp250 ribu di siang hari.

Hadiah bisa diberikan jika warga menangkap maling dengan membawa barang bukti, korban, pelaku, dan saksi ke perangkat RW 01 Jembatan Besi.

Hasanuddin, ketua RW 01 Jembatan Besi yang menginisiasinya. Alasannya membuat sayembara, dilatarbelakangi oleh keresahan warga oleh kasus-kasus pencurian. Sementara, perangkat RT dan RW sering disalahkan jika ada peristiwa itu.

"Nih kalau hilang motor nyalahin RT, kamtib, hansip. Nyalain staf RW enggak aktif segala macam. Satu bulan itu ada 4 kejadian motor. Jadi pusing laporan ke kita, kan. Kita berpikir di situ," ungkap Hasanuddin kepada wartawan

Karenanya Hasanuddin memutuskan untuk membuat sayembara dengan hadiah yang ia rogoh dari kantongnya sendiri.

"Ini kan saya atas dasar inisiatif sendiri dan rembukan. Masalahnya kan di dana. Saat rembukan, mereka tanya ini siapa yang bayar, ya saya bilang saya yang bayar. Enggak usah urunan. Saya yang adain program saya yg bayar. Yang penting semua RT kerahkan anak muda daripada nongkrong enggak jelas," imbuhnya.