Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken meminta otoritas pemilu Venezuela untuk mempublikasikan tabulasi suara pada Pilpres Minggu, 28 Juli, untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas.

“Amerika Serikat memuji rakyat Venezuela atas partisipasi mereka dalam pemilihan presiden pada 28 Juli meskipun ada tantangan besar dan kekhawatiran mendalam mengenai proses tersebut,” kata Blinken dalam pernyataan dilansir Reuters, Senin, 29 Juli.

“Sekarang setelah pemungutan suara selesai, sangat penting bahwa setiap suara dihitung secara adil dan transparan,” katanya.

Nicolás Maduro, pemimpin otoriter Venezuela, terpilih kembali sebagai presiden. Oposisi menyebut ada kecurangan Pilpres.

Kemenangan Maduro diumumkan oleh otoritas pemilu negara tersebut di tengah tuduhan penyimpangan pemilu yang disampaikan pihak oposisi.

Dengan 80 persen suara telah dihitung, Maduro yang sudah lama berkuasa ini, meraih lebih dari 51 persen suara.

Dia mengungguli kandidat dari Platform Kesatuan Demokratik (PUD) Edmundo González Urrutia, yang memperoleh lebih dari 44 persen suara, menurut pernyataan dari Dewan Pemilihan Nasional (CNE).

Dilansir CNN, Senin, 29 Juli,  Maduro akan menjabat untuk masa jabatan enam tahun ketiga berturut-turut – mewakili kelangsungan kekuasaan “Chavismo”, yang dimulai pada tahun 1999 di tangan mantan presiden Hugo Chavez.

Maduro telah berkuasa sejak kematian Chavez pada tahun 2013.

Pemungutan suara tersebut dilakukan pada saat yang krusial bagi Venezuela, negara kaya minyak yang mengalami kehancuran ekonomi terburuk di negara masa damai dalam sejarah baru-baru ini.