PESISIR BARAT - Puluhan rumah di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, mengalami kerusakan parah akibat abrasi pantai dan gelombang ekstrem.
Para warga yang terdampak berharap pemerintah segera membangun tanggul penahan abrasi untuk melindungi rumah mereka.
Abrasi pantai dan gelombang ekstrem telah menyebabkan kerusakan berat pada rumah-rumah di Desa Negeri Ratu, Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten Pesisir Barat. Hampir seluruh kerusakan terjadi pada bagian atap rumah.
Berdasarkan data dari pihak desa, tercatat 20 rumah rusak berat dan 50 rumah lainnya mengalami kerusakan ringan akibat terjangan ombak tinggi.
Kerusakan ini telah berlangsung selama tujuh tahun terakhir, menimbulkan kekhawatiran di antara 85 kepala keluarga (KK) yang tinggal di Desa Negeri Ratu. Warga setempat merasa was-was setiap kali air laut pasang, karena gelombang ekstrem sering kali menerjang rumah mereka.
Salah satu rumah yang mengalami kerusakan parah adalah milik Yulida Wati (43 tahun). Rumahnya nyaris roboh setelah tertimpa pohon besar yang tumbang akibat gelombang pasang.
Yulida Wati dan keluarganya kini tinggal di rumah kontrakan dan belum memperbaiki rumahnya yang rusak karena trauma.
"Peristiwa pohon roboh terjadi setahun yang lalu, pada malam hari. Gelombang pasang merobohkan pohon dan menimpanya," kata Yulida Wati, Minggu 28 Juli.
Yulida menambahkan, trauma akibat kejadian tersebut masih dirasakannya.
"Kami selalu waswas karena gelombang tinggi bisa merusak rumah kami kapan saja," ujarnya.
Warga Desa Negeri Ratu berharap pemerintah segera membangun tanggul penahan abrasi pantai. Pemerintah Desa Negeri Ratu telah mengajukan permohonan kepada Balai Besar Mesuji Sekampung untuk proyek pembangunan tanggul.
Kepala Desa Negeri Ratu, Irfan Susanto mengungkap, abrasi pantai di desanya telah terjadi sejak 2017. "Abrasi sudah mulai terlihat sejak 2017-2018. Sekarang, setiap kali gelombang pasang, warga merasa khawatir karena ombak masuk ke rumah-rumah mereka," kata Irfan.
BACA JUGA:
Irfan menjelaskan, gelombang pasang terjadi pada musim tertentu, terutama mulai Agustus.
"Gelombang pasang tidak terjadi sepanjang waktu, tetapi ada musimnya. Ketika Agustus tiba, gelombang pasang mulai meningkat, dan warga mulai merasa khawatir. Banyak dari mereka yang sudah pindah ke rumah kontrakan," jelasnya.